Tampilkan postingan dengan label Qultum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Qultum. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Februari 2013

Makna Dari Ibadah

Asy-Syaikh Dr. Shalih Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

A.        DEFINISI IBADAH

Ibadah (عبادة) secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain :
1.         Ibadah ialah taat kepada Allah  dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,
2.         Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi,
3.         Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah  berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)
Allah  memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah ).
==============================================

تعريف العبادة

فأجاب -رحمه الله

العبادة: هي اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه، من الأقوال والأعمال الباطنة والظاهرة، فالصلاة والزكاة والصيام والحج، وصدق الحديث وأداء الأمانة، وبر الوالدين وصلة الأرحام، والوفاء بالعهود، والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، والجهاد للكفار والمنافقين، والإحسان للجار واليتيم والمسكين وابن السبيل والمملوك من الآدميين والبهائم، والدعاء والذكر والقراءة، وأمثال ذلك من العبادة، وكذلك حب الله ورسوله، وخشية الله والإنابة إليه، وإخلاص الدين له، والصبر لحكمه، والشكر لنعمه، والرضا بقضائه، والتوكل عليه، والرجاء لرحمته، والخوف من عذابه، وأمثال ذلك هي من العبادة لله

Makna Ibadah Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah :

Ibadah adalah segala sesuatu yang mencakup semua hal yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala, baik berupa ucapan dan amalan, yang nampak dan yang tersembunyi.

Maka shalat, zakat, puasa, hajji, berkata benar, menyampaikan amanat, berbakti kepada kedua orang tua, silaturrahim, menepati janji, amar ma’ruf nahi mungkar, jihad menghadapi orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, budak, hewan piaran, berdoa, berzikir, membaca al Quran, dan yang semisalnya termasuk ibadah. Demikian juga mencintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam, takut dan inabah kepada-Nya, ikhlas hanya kepada-Nya, bersabar atas hukum-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, ridha dengan qadha-Nya, bertawakkal kepada-Nya, mengharap rahmat-Nya, takut kepada azab-Nya, dan yang semisalnya termasuk dalam ibadah.

http://taimiah.org/index.aspx?function=item&id=949&node=4109

==============================================

B.        MACAM-MACAM IBADAH DAN KELUASAN CAKUPANNYA


Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil, dan membaca Al-Qur’an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Begitu pula cinta kepada Allah  dan Rasul-Nya, khassyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepada-Nya, ikhlas kepada-Nya, sabar terhadap hukum-Nya, ridha dengan qadha’-Nya, tawakkal, mengharap nikmat-Nya dan takut dari siksa-Nya.
Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika perbuatan itu diniatkan sebagai qurbah (pendekatan diri kepada Allah ) atau apa-apa yang membantu qurbah itu. Bahkan adat kebiasaan yang dibolehkan secara syari’at (mubah) dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepada-Nya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal semata.

C.        PAHAM-PAHAM YANG SALAH TENTANG PEMBATASAN IBADAH


Ibadah adalah perkara tauqifiyah. Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak), sebagaimana sabda Nabi  :
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia ditolak.” (HR. Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718)
Maksudnya, amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosa karenanya. Sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan taat.
Kemudian manhaj (jalan) yang benar dalam melaksanakan ibadah yang disyari’atkan adalah sikap pertengahan. Tidak meremehkan dan malas, serta tidak dengan sikap ekstrim dan melampaui batas. Allah  berfirman kepada Nabi-Nya , “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Hud: 112)
Ayat Al-Qur’an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah. Yaitu dengan ber-istiqomah dalam melaksanakan ibadah pada jalan tengah, tidak kurang atau lebih, sesuai dengan petunjuk syari’at (sebagaimana yang diperintahkan). Kemudian pada akhir ayat, Allah  menegaskan lagi dengan firman-Nya, “Dan janganlah kamu melampaui batas.”
Tughyan adalah melampaui batas dengan bersikap terlalu keras dan memaksakan kehendak serta megada-ada. Ia lebih dikenal dengan ghuluw.
Ketika Rasulullah  mengetahui bahwa tiga orang dari sahabatnya melakukan ghuluw  dalam ibadah, dimana seorang dari mereka berkata, “Saya akan terus berpuasa dan tidak  berbuka”, yang kedua berkata, “Saya akan shalat terus dan tidak tidur”, lalu yang ketiga berkata, “Saya tidak akan menikahi wanita”, maka beliau  bersabda, “Adapun saya, maka saya berpuasa dan berbuka, saya shalat dan saya tidur, dan saya menikahi perempuan. Maka barang siapa tidak menyukai jejakku maka dia bukan dari (bagian atau golongan)-ku.” (HR. Bukhari no. 4675 dan Muslim no. 2487)
Ada 2 golongan yang saling bertentangan dalam soal ibadah :
1. Golongan pertama: Yang mengurangi makna ibadah serta meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan sedikit, yang hanya diadakan  di masjid-masjid saja. Menurut mereka tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, juga tidak dalam peradilan kasus sengketa dan dalam perkara-perkara kehidupan lainnya.
Memang masjid mempunyai keistimewaan dan harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar masjid.
2. Golongan kedua: Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim, yang sunnah sampai mereka angkat menjadi wajib, sebagaimana yang mubah (boleh) mereka angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi jalan (manhaj) mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman lainnya.
Padahal sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad  dan seburuk-buruk perkara adalah yang bid’ah.

D.        PILAR-PILAR UBUDIYAH YANG BENAR


Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut) dan raja’ (harapan).
Rasa cinta (hubb) harus dibarengi dengan sikap rasa rendah diri, sedangkan khauf (takut) harus dibarengi dengan raja’ (harapan). Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah  berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin, “Dia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.” (QS. Al-Maidah: 54).
Dan juga firman-Nya, “Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)
Dalam perkara ini, Allah  juga berfirman menyifati para Rasul dan Nabi-Nya, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya: 90)
Sebagian salaf berkata, “Siapa yang menyembah Allah  dengan rasa hubb (cinta) saja maka dia zindiq (istilah untuk setiap munafik, orang yang sesat dan mulhid). Siapa yang menyembah-Nya dengan raja’ (harapan) semata maka ia adalah murji’ (orang Murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan dari iman. Iman hanya dengan hati saja). Dan siapa yang menyembah-Nya hanya dengan khauf (takut) saja, maka dia adalah harury (orang dari golongan Khawarij, yang pertama kali muncul di Harurro’, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa adalah kafir). Siapa yang menyembah-Nya dengan hubb, khauf dan raja’ maka dia adalah mukmin muwahhid”.
Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Risalah Ubudiyah. Beliau juga berkata, “Dien Allah adalah menyembah-Nya, taat dan tunduk kepada-Nya. Asal makna ibadah adalah adz-dzull (hina). Dikatakan “طريق معبّد” jika jalan itu dihinakan dan diinjak-injak oleh kaki manusia. Akan tetapi ibadah yang diperintahkan mengandung makna dzull (hina/merendahkan diri) dan hubb (cinta). Yakni mengandung makna dzull yang paling dalam dengan hubb yang paling tinggi kepada Allah . Siapa yang tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba (menyembah) kepadanya. Dan jika ia menyukai sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, maka iapun tidak menghamba (menyembah) kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mencintai anak atau rekannya. Karena itu tidak cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah , tetapi hendaklah Allah  lebih dicintainya dari segala sesuatu dan Allah  lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yang berhak mendapat mahabbah (cinta) dan khudu’ (ketundukan) yang sempurna selain Allah .” (Majmu’ah Tauhid Najdiyah, 542). Inilah pilar-pilar kehambaan yang merupakan poros segala amal ibadah.
Ibnu Qayyim rahimullah berkata dalam “Nuniyyah-nya”, “Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang dalam kepada-Nya, beserta kepatuhan menyembah-Nya. Dua hal ini adalah ibarat dua kutub. Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak. Sumbunya adalah perintah (perintah Rasul-Nya). Bukan hawa nafsu dan setan.”
Ibnu Qayyim rahimullah menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintai, yaitu Allah  dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul dan syari’atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu dan setan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyari’atkan baginda Rasul  itulah yang memutar orbit ibadah. Ibadah tidak diputar oleh bid’ah, nafsu dan khurafat.

E.        SYARAT DITERIMANYA IBADAH


Pembaca yang budiman, untuk melengkapi pembahasan ini, kami ingatkan lagi dengan syarat diterimanya ibadah. Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan ada syarat :
1.         Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil,
2.         Sesuai dengan tuntunan Rasulullah .
Syarat pertama adalah merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah  dan jauh dari syirik kepada-Nya.
Sedangkan syarat yang kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Allah  berfirman, “(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)
Dalam ayat diatas disebutkan “menyerahkan diri” (aslama wajhahu) artinya memurnikan ibadah kepada Allah . Dan “berbuat kebajikan” (wahuwa muhsin) artinya mengikuti Rasul-Nya .
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  rahimahullah mengatakan, “Inti agama ada dua pokok yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah , dan kita tidak menyembah kecuali dengan apa yang dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah. Sebagaimana Allah  berfirman, “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110). Yang demikian adalah manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad Rasulullah.
Pada yang pertama, kita tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua bahwasannya Muhammad  adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau  telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah , dan beliau melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau mengatakan bahwa bid’ah itu sesat” (Al-Ubudiyah, hal 103; ada dalam Majmu’ah Tauhid, hal. 645)
Rujukan : Kitab Tauhid lish-Shafil Awwal karya Dr. Shalih Al-Fauzan

Kamis, 15 Desember 2011

TANDA ORANG YANG SHALATNYA DITERIMA ALLAH SWT.

Assalamu alaikum wr. wb
Sekedar Sharing artikel yang bagus menurut saya, tentang solat yagng diterima Allah SWT. mudah2an bermanfa’at… dan mudah2an sholat kita smua diterima Allah SWT. Amin
Artikel ini saya dapatkan dari salah satu kiriman email
______________
Saya  akan  memulai pembahasan ini dengan hadis-hadis Rasulullah saw. yang ada hubungannya dengan
kemasyarakatan.
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: “Akan datang suatau zaman di mana orang-orang berkumpul di masjid untuk shalat berjamaah tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang mukmin”
Rasulullah saw juga bersabda, “Nanti akan datang suatu zaman di mana seorang muazin melantunkan azan, kemudian orang-orang menegakkan shalat, tetapi di antara mereka tidak ada yang mukmin” (Kanzul ‘Ummal, hadis ke-3110)
Sabda-sabda Rasulullah saw yang mulia di atas jelas menarik bagi kita. Akan muncul pertanyaan di benak kita, “Mengapa shalat yang mereka lakukan tidak dianggap sebagai tanda seorang mukmin?” Dan mengapa orang yang melakukan shalat di masjid itu tidak dihitung sebagai mukmin?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menunjukkan tanda-tanda seorang mukmin. Shalat bukanlah tanda bahwa seseorang yang melakukannya dapat disebut sebagai mukmin. Tetapi ia merupakan tanda bahwa yang melakukannya adalah seorang Muslim. Oleh karena itu, tanda seorang mukmin ialah shalat ditambah dengan syarat yang lainnya.
Saya ingin menyebutkan karakteristik seorang mukmin yang di muat dalam Shahih Bukhari. Rasulullha saw  yang mulia bersabda:
Pertama, barangsiapa yang beriman (mukmin) kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya dia menghormati tetangganya.
Kedua, barangsiapa yang beriman (mukmin) kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya dia senang menyambungkan tali persaudaraan.
Ketiga, barangsiapa yang beriman (mukmin) kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya dia berbicara yang benar, dan kalu tidak mampu berbicara dengan benar, maka lebih baik dia berdiam diri.
Keempat, Tidak dianggap sebagai orang berimana apabila seseorang tidur dalam keaadaan kenyang, sementara para tetangganya kelaparan disampingnya.
Dengan hanya mengambil empat macam hadis diatas, ada melihat bahwa tanda seorang mukmin itu terlihat dari taggung jawabnya di tengah-tengah masyarakatnya. Kalau dia menghormati tetangganya, menyambung tali persaudaraan, dan berbicara dengan benar, atau memiliki keprihatinan di antara penderitan yang dirasakan oleh saudaranya di sekitarnya, maka barulah dia boleh dikatakan sebagai seorang mukmin.
Jadi, dengan kata lain, Rasulullah saw menyebutkan bahwa nanti akan datang suatu zaman, orang-orang berkumpul di masjid untuk mendirikan shalat tetapi tidak akur dengan tetangganya, yaitu tidak menyambungkan tali persaudaraan diantara kaum muslim. Mereka menyebarkan fitnah dan tuduhan yang tidak layak terhadap kaum muslim, mereka melaksanakan shalat tetapi tetapi tidak sanggup mengatakan kalimat yang benar, mereka melaksanakan shalat tetapi acuh tak acuh dengan penderitaan yang dirasakan oleh sesamanya. Kata Rasulullah saw, mereka adalah orang-orang yang melaksanakan shalat, tetapi sebetulnya tidak dihitung sebagai orang yang melakukan shalat.
Rasulullah saw, juga pernah bersabda, “Ada dua orang umatku yang melakukan shalat, yang rukuk dan sujudnya sama akan tetapi nilai shalat kedua orang itu jauhnya antara langit dan bumi.”
Dalam hadis Qudsi, juga disebutkan mengenai orang-orang yang diterima shalatnya oleh Allah Swt. “Sesunggunya Aku (Allah Swt.) hanya akan menerima shalat dari orang yang dengan shalatnya itu dia merendahkan diri di hadapan-Ku. Dia tidak sombong dengan mahkluk-Ku yang lain. Dia tidak mengulagi maksiat kepada-Ku. Dia menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang yang menderita. Aku akan tutup shalat orang itu dengan kebesaran-Ku. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya. Perumpamaan dia dengan mahkluk-Ku yang lain adalah seperti perumpamaan firdaus di surga.”
Dalam hadis qudsi tersebut disebutkan bahwa tanda-tanda orang yang diterima shalatnya oleh Allah Swt. Adalah:
Pertama, dia datang untuk melaksanakan shalat dengan merendahkan diri kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an, keadaan seperti itu disebut khusyu’. dan shalat yang khusyu’ adalah salah satu tanda orang yang mukmin. Yang disebut dengan shalat yang khusyu’ itu bukan shalat yang tidak ingat apa pun. Karena orang yang tidak ingat apa pun itu disebut pingsan.
Diriwiyatkan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, apabila hendak melakukan shalat, tubuhnya gemetar dan wajahnya pucat pasi. Sehingga ketika ada orang yang bertanya kepadanya, “Mengapa anda ya Amirul Mukminin?” Sayyidina Ali menjawab, “Engkau tidak tahu bahwa sebentar lagi aku kan menghadapi waktu amanah.” kemudian Sayyidina Ali membacakan ayat Al-Qur’an,
“Sesungguhnya kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya. Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS 33 : 72).
Kemudian Sayyidina Ali melanjutkan ucapannya, “shalat adalah suatau amanat Allah yang pernah ditawarkan kepada langit, bumi, dan bukit untuk memikulnya. Tetapi mereka menolaknya dan hanya manusia yang sanggup memikulnya. Memikul amanat berarti mengabdi kepada-Nya.”
Kedua, Dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yang lain. Jadi, tanda orang yang diterima shalatnya ialah tidak takabur (sombong). Takabur, menurut Imam Ghazali, ialah sifat orang yang merasa dirinya lebih besar daripada orang lain. Kemudian ia memandang enteng orang lain itu. Boleh jadi ia bersikap demikian dikarenakan ilmu, amal, keturunan, kekayaan, anak buah, atau kecantikannya.
Kalau anda merasa besar karena memiliki hal-hal itu dan memandang enteng orang lain, maka anda sudah takabur. Dan shalat anda tidak diterima. Bahkan dalam hadis lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Takkan masuk surga seseorang yang didalam hatinya ada rasa takabur walaupun sebesar debu saja.”
Biasanya masyarakat akan menjadi rusak kalau di tengah-tengah masyarakat itu ada orang yang takabur. Kemudian takabur itu ditampakkan untuk memperoleh perlakuan yang istimewa. Dan anehnya, seringkali sifat takabur ini menghinggapi para aktivis masjid atau aktivis kegiatan keagamaan. Mereka biasanya takabur dengan ilmunya dan menganggap dirinya paling benar.
Ketiga, tanda orang yang diterima shalatnya ialah orang yag tidak mengulangi maksiatnya kepda Allah Swt. Nabi yang mulia bersabda: “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegahnya dari kejelekan dan kemungkaran, maka shalatnya hanya akan menjauhkan dirinya dari Allah Swt” dalam hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda: “Nanti, pada hari kiamat, ada orang yang membawa shalatnya di hadapan Allah Swt. Kemudian shalatnya diterima dan dilipat-lipat seperti dilipat-lipatnya pakaian pakaina yang kotor  dan usang. Lalu shalat itu dibantingkan kewajahnya.”
Allah tidak menerima shalat itu karena shalatnya tidak dapat mencegah perbuatan maksiatnya setelah ia melakukan maksiat tersebut. Bukankah Al-Qur’an telah mengatakan: “………Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar….” (QS  29: 45)
Keempat, orang yang diterima shalatnya ialah orang yang menyayangi orang-orang miskin. Kalau di terjemahkan dengan kalimat modern, hal ini berarti orang yang mempunyai solidaritas sosial. Dia bukan hanya melakukan rukuk dan sujud saja, tetapi dia juga memikirkan penderitaan sesamanya. Dia menyisihkan sebagian waktu dan rezekinya untuk membahagiakan orang lain.
Kalau dalam shalat anda, anda sudah merasakan kebesaraan Allah dan tidak takabur, dan kalau anda sudah tidak mengulangi perbuatan maksiat sesudah shalat, dan kalau anda sudah mempunyai perhatian yang besar terhadap kesejahteraan orang lain, maka Allah akan melindungi anda dengan jubah kebesaran-Nya. Allah akan memberikan kepada anda kemuliaaan dengan kemuliaan-Nya, dan akan membungkus anda dengan busana kebesaran-Nya. Di samping itu, Allah akan menyuruh para malaikat untuk menjaga anda, dan para malaikat itu akan berkata sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
“kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Di dalamnya kamu akan memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepadamu.” (QS 41 : 31)

Kisah Nyata, Azab Bagi Yang Melalaikan Shalat Fardhu

Ditulis oleh K@barNet di/pada 16/07/2010
Photo tertera adalah seorang pemuda berusia 18 tahun yang meninggal di salah satu rumah sakit di Oman. Mayat pemuda tersebut digali kembali dari kuburnya setelah 3 jam di makamkan yang disaksikan oleh ayahnya. Pemuda tersebut meninggal di rumah sakit dan setelah dimandikan, dimakamkan secara islam di hari itu juga. Tetapi setelah pemakaman ayahnya merasa ragu atas diagnosa dokter dan menginginkan untuk di identifikasi kebenaran penyebab kematiannya.
Seluruh kerabat dan teman-temannya begitu terkejut saat mereka melihat kondisi mayat. Mayat tsb begitu berbeda dalam 3 jam. He turned grey as the very old man, wajah dan rambutnya tampak keabu-abuan seperti orang yang sudah tua.
Dengan tampak jelas bekas siksaan dan pukulan yang amat keras,dan dengan tulang-tulang kaki dan tangan yang hancur. Seluruh badan dan mukanya memar. Matanya yang terbuka seakan memperlihatkan ketakutan, kesakitan dan keputus-asaan. Darah yang begitu jelas menandakan bahwa pemuda tersebut sedang mendapatkan siksaan yang amat berat. konon menurut ayahnya, anak tersebut tidak pernah mengerjakan sholat fardu.
Sebagai penutup, dari orang yang meninggal tersebut semuanya ditujukan kepada Ilmu pengetahuan tentang Islam yang mana tidak dapat dipungkiri lagi keterangannya bahwa siksa kubur itu benar adanya seperti yang diperingatkan oleh ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Kamis, 17 Februari 2011

Apa itu WASIAT dan hikmah dibaliknya

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan kaum kerabatnya secara ma'ruf. (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa. (Al-Baqarah II: 180).
 
Arti dan pengertian wasiat.
Perkataan wasiat itu berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata was-sha. Artinya menurut ilmu bahasa ialah pesan, petaruh, nasehat, dsb. Adapun pengartiannya menurut istilah Syariah ialah: pesan terakhir yang diucapkan dengan lisan atau disampaikan dengan tulisan oleh seseorang uang akan wafat berkenaan dengan harta benda yang ditinggalkannya.
Berdasarkan pengertian umum dari ayat Al-Quran - seperti yang dikutib di atas - seorang muslim yang sudah merasa ada firasat akan meninggal dunia, diwajibkan membuat wasiat berupa pemberian (hibah) dari hartanya untuk ibu-bapak dan kaum kerabatnya, apbaila ia meninggalkan harta yang banyak. Timbul pertanyaan: Mengapa pada ayat tersebut dikhususkan wasiat tentang pemberian harta itu kepada ibu-bapak dan kaum kerabat (saudara dekat)? Bukankah ibu-bapak itu termasuk ahli waris dari seorang anak yang meninggal, yang sudah ada hak-hak dan bagiannya menurut hukum faraid, pembagian harta pusaka?
Dalam hubungan ini perlu diuraikan lebih dahulu sejarah dan latar belakang turunnya ayat tersebut.
Di jaman jahiliyah, kebanyakan bangsa Arab ketika sudah dekat ajalnya, mewasiatkan supaya memberikan hartabendanya kepada orang-orang yang jauh, yang tidak mempunyai hubungan darah dan keluarga dengannya. Ibu-bapaknya sendiri, anaknya dan kaum kerabat dekatnya tidak disebut-sebut dalam wasiat itu. Adapun motifnya karena menurut anggapan umum pada waktu itu perbuatan yang demikian itu adalah satu kebanggaan, yang menunjukkan tentang sifat kemurahan hati.
Untuk menertibkan sikap yang pincang dan berat sebelah itu, maka pada tahap pertama turunlah ayat tersebut (Al-Baqarah, ayat 180), yang menegaskan supaya berwasiat mengenai soal harta benda yang ditinggalkan itu untuk ibu-bapak sendiri dan keluarga yang dekat-dekat.
Sesudah itu, sebagai tahap kedua, kemudian turunlah ayat yang terkenal dengan sebutan ayatul-mawarist (permulaan surat An-Nisa'), yang mengatur pembagian harta warisan secara terperinci, yang mengandung nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.  (Sila rujuk semula surah An-Nisa’)
Dengan turunnya ayat yang mengatur warisan itu, maka sebagian ahli-ahli tafsir berpendapat bahwa ayat tentang wasiat tersebut (Al-Baqarah, ayat 180) menjadi mansukh, artinya tidak diberlakukan lagi. 

Akan tetapi sebagian ulama-ulama dan ahli tafsir yang lain menyatakan, bahwa ayat mengenai soal wasiat itu masih tetap mempunyai kekuatan hukum. Apalagi sewaktu-waktu masih mungkin ditemukan satu kasus yang pemecahannya dapat menggunakan ayat tersebut. Misalnya, kalau yang meninggal dunia itu seorang anak yang sudah masuk Islam, sedang ibu-bapaknya masih memeluk agama lain, maka orang tuanya itu tidak berhak mendapat pembagian harta warisan bila dipandang dari sudut hukum Islam, karena berlainan agama. Dalam kasus yang demikian itu, si anak dapat meninggalkan pesan supaya memberikan sebagian harta benda yang ditinggalkannya untuk orang tuanya itu, asalkan tidak melampaui ketentuan-ketentuan oleh hukum warisan. Dengan demikian, dilihat dari sudut ajaran Islam, anak tersebut, dapat menjalankan petunjuk Ilahi, yang memerintahkan:
"Dan Kami mewajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya (ibu-bapaknya)." (QS. Al-Ankabut XXIX: 8).
Syarat-syarat wasiat.
Kecuali dalam Al-Quran, pun Hadist Nabi banyak yang menggugah dan mendorong supaya melakukan wasiat itu. Diantaranya:
"Barang siapa mati dengan melakukan wasiat, maka matinya adalah pada jalan Ilahi dan menurut Sunnah, mati dalam keadaan bertakwa dan (mengucapkan) Syahadah, mati dengan mendapat ampunan." (riwayat Ibn Majah).

Adapun syarat wasiat itu ialah:
1. Meninggalkan harta yang banyak.
2. Tidak boleh melebihi 1/3 dari jumlah seluruh harta.
Syarat yang pertama dan utama tentang kewajiban melakukan wasiat itu ialah apabila seseorang meninggalkan harta yang banyak. Ukuran mengenai harta yang banyak itu adalah relatif, sehingga berbeda-beda pendapat para ulama dalam menetapkan standar harta yang banyak itu.
Syekh Muhammad Abduh menyatakan, bahwa dalam menetapkan ukuran itu sangat bergantung kepada keadaan dan itikad baik seseorang, dengan memperhatikan keadaan zaman, kepribadian dan lingkungan rumah tangga. Di negeri yang gersang dan miskin, kalau yang mati meninggalkan harta 70 dinar misalnya, itu sudah termasuk dalam bilangan meninggalkan "harta yang banyak". Tetapi, bagi seorang Raja atau Wazir tentu lain pula ukuran yang dipakai menjadi tolok ukur. (Tafsir Al-Manar).
Dalam hubungan ini, sebagai pedoman dapat digunakan keterangan dari dua buah hadist. Pertama, yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Siti Aisyah (isteri Nabi), yang menceritakan seorang laki-laki mendatanginya dan menyatakan hasratnya untuk melakukan wasiat. Terjadilah dialog antara Aisyah dengan laki-laki tersebut, sebagai berikut:
"Berapa jumlah hartamu?"
"Tiga ribu dirham" - sahut laki-laki itu.
"Berapa banyak anakmu?"
"Empat orang!"
Aisyah kemudian membaca kalam Ilahi: ".....jika kamu meninggalkan harta yang banyak." Dia berkata seterusnya: "Harta itu (3000 dirham) hanya sedikit. Tinggalkanlah untuk anakmu, itu lebih baik.
Hadist yang kedua, yang diriwayatkan oleh Baihaqi, menyatakan:
"Ali bin Abi Thalib mendatangi seorang yang pernah mengasuhnya yang sudah dekat mau mati; dia mempunyai uang 600 - 700 dirham. Laki-laki itu bertanya: Haruskan aku berwasiat? Ali menjawab: tidak perlu, karena Allah SWT hanya berfirman "kalau meninggalkan harta yang banyak." Engkau tidak memiliki harta yang banyak; tinggalkanlah harta tersebut untuk ahli warismu."
Dari kedua hadist itu dapat disimpulkan, bahwa ukuran tentang "meninggalkan harta yang banyak" itu haruslah memperhitungkan kepentingan ahli waris yang ditinggalkan, jangan membuat mereka itu kehilangan atau kekurangan hak menerima bagian harta pusaka.
Syarat yang kedua dalam melakukan wasiat itu tidak boleh melebihi 1/3 dari harta yang ditinggalkan. Hal itu dijelaskan dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Sa'ad bin Abi Waqash.
Pada suatu ketika, tatkala Sa'ad bin Abi Waqash sendiri merasa bahwa ajalnya sudah dekat, ia menemui Rasulullah dan bertanya:
"Ya, Rasulullah! Apakah boleh aku mewasiatkan seluruh hartaku?"
"Jangan!" - sahut Rasulullah.
"Kalau separuh, bagaimana?"
"Jangan!"
"Jika sepertiga?"
"Masih banyak. Jika engkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, itu lebih baik daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan miskin, mereka hidup meminta-minta kepada manusia."
Dari hadist ini, maka Jumhur Ulama menarik kesimpulan, bahwa tidak dibolehkan membuat wasiat lebih daripada 1/3 jumlah harta benda.
Di sinilah terletak nilai-nilai keadilan ajaran Islam hyang mempertimbangkan jangan sampai mengurangi hak-hak ahli waris menerima bagian mereka masing-masing, dan dengan sendirinya merugikan mereka.
Motif dan hikmah wasiat.
Motif dan hikmah melakukan wasiat itu bagi orang yang banyak mempunyai harta kekayaan ialah sebagai tambahan amal yang masih dapat dilakukan seseorang ketika ajalnya sudah hampir dan dekat. Wasiat itu barulah berlaku apabila orang yang bersangkutan sudah meninggal. Pada hakekatnya, wasiat itu adalah semacam hibah (pemberian) juga. Perbedaan antara hibah dengan wasiat ialah, bahwa hibah itu dilakukan (diberikan) sendiri oleh orang yang bersangkutan ketika dia masih hidup, sedang wasiat, realisasinya, ialah setelah yang berwasiat itu meninggal dunia.
Rasulullah sendiri tidak melakukan wasiat tatkala Beliau akan meninggal dunia, sebab memang beliau tidak meninggalkan harta yang banyak. Akan tetapi, para Khalifah dan sahabat-sahabat banyak yang melakukan wasiat itu. Diantaranya Khalifah Abu Bakar Siddik yang mewasiatkan 1/5 dari harta bendanya; Umar bin Khattab mewasiatkan 1/4 dari kekayaannya. (Tafsir Qurthubi).
Setiap wasiat haruslah dijalankan oleh ahli waris yang tinggal, selama wasiat itu masih dalam batas-batas ketentuan ajaran dan hukum Islam. Orang yang tidak menjalankannya akan memikul sendiri dosanya, seperti yang diperingatkan dalam Al-Quran:
"Barangsiapa yang mengubah wasiat (mengutak-atik wasiat), setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya." (QS. Al-Baqarah II: 181).
Adapun apabila sesuatu wasiat bertentangan dengan hukum dan ajaran Islam, tentu saja tidak boleh dilaksanakan, malah wajib ditinggalkan. Selain daripada wasiat harta di zaman "sekularisme" ini adapula orang yang mewasiatkan kalau dia mati, supaya jenazahnya dibakar, jangan dikuburkan walaupun waktu hidupnya dia mengaku sebagai seorang Islam. Wasiat yang demikian itu tidak boleh dilaksanakan, karena bila dilaksanakan, maka orang yang menjalankannya akan memikul dosa.
Huraian ini adalah untuk menggugah hartawan Islam atau orang-orang yang merasa mempunyai harta yang banyak agar melakukan wasiat pada saat-saat menjelang kematiannya, sebagai tambahan amal ibadahnya pada detik-detik yang terakhir dari kehidupannya. Semoga kita semua beroleh hikmah setelah membaca huraian ini.

Apa itu wasiat
Dari segi bahasa, ahli-ahli fiqh mazhab Syafie berpendapat wasiat berasal dari perkataan “wassa” yang bermaksud menghubungkan atau menyampaikan kebaikan yang dilakukan oleh seseorang semasa hidupnya dengan ganjaran pahala selepas dia meninggal dunia.

Dari segi istilahnya, menurut mazhab Syafie wasiat ialah pemberian suatu hak yang boleh dilaksanakan selepas berlakunya kematian pewasiat sama ada dengan menggunakan lafaz ataupun tidak. Manakala beberapa fuqaha’ lain mentakrifkan wasiat sebagai suatu pemberian oleh seseorang kepada pihak yang lain sama ada benda, hutang atau manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat akan pemberian tersebut selepas kematian pewasiat.

Manakala tafsiran wasiat menurut Enakmen Wasiat Orang Islam (Negeri Selangor) 1999:
“Wasiat ertinya iqrar seseorang yang diperbuat pada masa hayatnya ke atas hartanya atau manfaat untuk menyempurnakan sesuatu bagi maksud kebajikan atau apa-apa maksud yang dibenarkan menurut Hukum Syarak, selepas dia mati.”

Firman Allah S.W.T yang bermaksud:

“Kamu diwajibkan, apabila seseorang dari kamu hampir mati, jika ia ada meninggalkan harta, (hendaklah ia) membuat wasiat untuk ibubapa dan kaum kerabat dengan cara yang baik (menurut peraturan ugama), sebagai suatu kewajipan atas orang-orang yang bertaqwa”
(Surah Al-Baqarah Ayat 180)

Rasulullah s.a.w juga menggalakkan umatnya yang mempunyai harta agar dapat melakukan wasiat semasa hidupnya.

“Seseorang muslim yang mempunyai sesuatu yang boleh diwasiatkan tidak sepatutnya tidur selama dua malam berturut-turut melainkan dia menulis wasiatnya di sisinya”
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

“Allah telah memberikan bahagian setiap orang yang berhak. Maka tiada wasiat untuk waris
(Riwayat at Tarmizi)
 “Tidak harus wasiat kepada waris kecuali diizinkan oleh waris yang lain” (Riwayat Abu Daud)

8 Golongan yang boleh memberi syafaat

8 Golongan yang boleh memberikan syafaat dengan izin Allah ialah:-

    * Malaikat,
    * Quran(syafaat yang besar kerana ia adalah qalam Allah)
    * Nabi Muhammad s.a.w.,
    * Para ulama,
    * Para wali,
    * Sidiqin (orang-orang jujur),
    * Solehin (orang-orang soleh),
    * Hafiz (yang hafal al-quran dan beramal dengannya). Hafiz yang beramal dengan ilmunya boleh memberi syafaat kepada 10 orang ahli keluarganya.

Syafaat al-Uzma” ialah Syafaat yang terbesar yang ditentukan untuk Nabi Muhammad s.a.w. sahaja mengemukakannya ke hadhrat Allah ‘Azza wa Jalla agar disegerakan perbicaraan di Hari Kiamat.
Ada lagi beberapa jenis syafaat yang dikhaskan bagi Nabi Muhammad s.a.w., di antaranya:

   1. Syafaat Baginda s.a.w., supaya Tuhan memasukkan ke syurga satu kumpulan besar dari umatnya dengan tidak dihisab.“Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Nabi SAW. bersabda: “70000 orang dari umatku masuk syurga tanpa hisab”…nabi telah berdoa agar dilebihkan bilangan tersebut, akhirnya dipersetujui setiap seorang dari 70,000 itu membawa 70,000 orang lagi (70,000 x 70,000)

   2. Syafaat Baginda s.a.w. untuk satu kumpulan yang telah dihisab dan didapati mereka berhak menerima balasan Neraka, supaya tidak dimasukkan, tetapi dimasukkan terus ke syurga
Di Padang Mashyar Nabi Muhammad s.a.w. akan cari umatnya untuk masuk syurga. (tidak diketahui kenapa, samada cintanya kepada Nabi, atau amalannya)

Dalam hadith yang lain, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya syafaatku untuk ummatku yang melakukan dosa-dosa besar. (kecuali mereka yang mati dalam keadaan syirik dan tidak bertaubat darinya)

CARA-CARA SEMBAHYANG YANG BETUL

CARA SEMBAHYANG DENGAN BETUL

Walau bergitu haruslah di ingat, ini adalah panduan. Dalam erti kata lain, anda telah pernah belajar sembahyang, cuma anda telah lupa pada bahagian-bahagian tertentu. Dan panduan ini dijadikan rujukan untuk memastikan amalan tersebut betul atau tidak. Namun jika anda tidak pernah sama sekali berlajar sembahyang daripada seorang guru. Maka adalah salah mengambil pelajaran mengenai sembahyang ini dari buku-buku panduan atau bahan bacaan semata-mata. Tetapi andai kata anda kesulitan mencari guru, bolehlah mengunakan panduan ini sebagai sumber pembelajaran yang pertama. Tetapi setelah anda rasa anda telah mengerti mengenainya, WAJIBlah merujuk kepada seorang yang anda kira arif mengenainya. Tidak kira siapa mereka, mungkin saja Ibu anda, Bapa anda atau saudara-mara, atau juga sahabat-sahabat anda. Pokoknya, wajib jugalah merujuk kepadaseseorang mengenai apa yang telah anda pelajari melalui bahan-bahan bacaan dan panduan-panduan mengenai sembahyang ini.
Cara sembahyang yang betul adalah penting bagi memastikan ibadah solat kita diterima oleh Allah. Oleh yang demikian, kami menyediakan panduan ringkas tentang cara2 mengerjakan solat dengan kaedah yang betul sebagai panduan umum kepada kita semua.
 
Panduan dibawah ini adalah contoh rukun bagi solat EMPAT RAKAAT(isya', zohor dan asar). Bagi solat maghrib dan subuh, hendaklah menurut bilangan rakaat solat tersebut iaitu tiga dan dua rakaat masing-masing. 
Abu Zar RA meriwayatkan bahawa suatu hari, pada musim dedaun sedang berguguran, Rasulullah s.a.w. keluar dari rumahnya. Baginda SAW mengambil ranting dari sebatang pohon yang daun-daunnya sudah mulai gugur dengan lebatnya seraya bersabda : “Ya Abu Zar! Apabila seorang Islam menunaikan solatnya kerana Allah, dosanya gugur seperti daun-daun yang gugur dari pohonnya ini”. (Riwayat Ahmad dengan sanad yang hasan).
1. NIAT SEMBAHYANG ISYA' (EMPAT RAKAAT)
 
Berdiri tegak sebelum mengagkat takbirBerdiri tegak sebelum mengagkat takbir

Usalli fardhaz'isya'i arba'a raka'atin(*) adaan lillahi ta'ala
Ertinya:
Sahaja aku sembahyang fardhu(isyak) empat rakaat(*) tunai
kerana Allah Ta'ala. 
# gantikan dengan asri (asar) atau #zuhri (zohor)
* tambahkan 'makmuman' (mengikut imam) sebagai ganti 'adaan', jika sembahyang
berjemaah. 


* Selaras dan rapatkan kaki Bagi Perempuan.(perempuan sahaja, lelaki renggangkan kaki)
Berdiri menghadap ke Kiblat. Turunkan pandangan ketempat sujud. Dan rapatkan tapak tangan ke tepi paha ketika memasang niat yaitu sebelum mengangkat takbir.
 * Tertib ini sama bagi Perempuan.





TAKBIRATUL IHRAM BERDIRI SAMBIL MENGANGKAT TAKBIR TAKBIRATUL IHRAM BERDIRI SAMBIL MENGANGKAT TAKBIR
2. TAKBIRATUL IHRAM BERDIRI SAMBIL MENGANGKAT TAKBIR .
Untuk lelaki Hujung jari telunjuk separas cuping telinga.
* Takbiratul Ihram bagi Perempuan. Tangan diangkat dengan hujung jari telunjuk separas bahu serta merapatkan lengan dan siku kebadan.
Takbiratul Ihram bagi Perempuan. Takbiratul Ihram bagi Perempuan.
 Ketika mengangkat Takbiratul Ihram. Lintaskan didalam hati niat kita bersembahyang. Contohnya: Sahaja aku sembahyang fardhu Isya' 4 rakaat bersendirian kerana Allah. Dan lintaskan didalam hati niat sembahyang tersebut serentak dengan Takbiratul Ihram itu.



  3. BERDIRI RAKAAT PERTAMA (DO'A IFTITAH) RAKAAT PERTAMA
TANGAN DI LETAKKAN DI ATAS PERUT(Atas sedikit dari aras PUSAT)
Kiam, kedudukan tangan bagi lelakiKiam, kedudukan tangan bagi lelaki
Kedudukan tangan bagi PerempuanKedudukan tangan bagi Perempuan

 Allahu Akbaru kabiraw walhamdu lillahi kathiraw wasubhanallahhi bukratau waasila. Wajjahtu wajhia lillazi fataras sama wati wal ardha hanifam muslimaw wama ana minal musyrikin. Inna solati wanusuki wamahyaya wammamati lillahi rabbil'alamin. La syarikalahu wabiza lika umirtu wa ana minal muslimin.
Maksudnya:

Allah Maha Besar sebesar-besarnya. Dan puji-pujian bagi Allah sebanyak-banyaknya. Dan maha suci Allah siang dan malam. Kuhadapkan mukaku, kepada yang menjadikan langit dan bumi, aku cenderung lagi berserah kepada Allah dan bukanlah aku dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku  kuserahkan hanya pada Allah tuhan seru sekelian alam. Sekali- kali tidaklah aku menyekutukanNya . Dan dengan demikian aku ditugaskan, dan aku adalah dari golongan orang-orang Muslim (Islam). 
TERUSKAN MEMBACA SURAH AL-FATIHAH
Bismilla hirrahma nirrahim.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Arrahma nirrahim. Maliki yaumiddin.Iyyaka na'kbudu waiyyaka nasta'in. Ihdinassiratal mustaqim. Siratal lazina an'amta'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladdhalin. Amin(*)
Maksudnya:
Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha mengasihani.

Segala puji-pujian bagi Allah tuhan seru sekelian alam. Yang maha pemurah lagi maha pengasih. Yang berkuasa pada hari pembalasan. Hanya Engkau sahaja wahai tuhan yang kami sembah dan hanya Engkau sahajalah tempat kami meminta pertolongan. Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Iaitu jalan orang-orang terdahulu yang telah Engkau berikan nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat. Amin (*) (Perkenankanlah permintaan Kami)

* Sambutlah perkataan Amin bersama-sama jika sembahyang jemaah, tunggu selepas imam membacanya kemudian anda baca fatihah.(jika sembahyang zohor dan asar anda dikehendaki membaca sendiri selepas bacaan do'a iftitah).
DAN SELEPAS FATIHAH , BACALAH SURAH PILIHAN(sebarang surah). Sebagai contohnya Surah Al-Ikhlas
 Qul huw-Allahu Ahad, Allahus-Samad, lam yalid wa lam yoolad, wa lam yakun lahoo kufuwan ahad.
Maksud:
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.

4. TAKBIR KERANA MAHU RUKUK' RAKAAT PERTAMA
Mengangkat Takbir sebelum Rukuk'Mengangkat Takbir sebelum Rukuk'
Mengangkat takbir sebelum Rukuk' (Perempuan)Mengangkat takbir sebelum Rukuk' (Perempuan)


 
Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar


5. RUKUK RAKAAT PERTAMA
TUNDUK DALAM KEADAAN 90 DARJAH  
Kedudukan tangan dan siku (lurus) bagi lelaki.Kedudukan tangan dan siku (lurus) bagi lelaki.
Kedudukan tangan dan siku dibengkokkan (bagi Perempuan)Kedudukan tangan dan siku dibengkokkan (bagi Perempuan)


 
Subahana rabbial 'azimi wabihamdih. (3 Kali)
Maksudnya:
Maha suci Tuhanku yang Maha Agong dengan sifat
kepujiannya. 
(Boleh juga dibaca lebih dari 3X, dengan bilangan yang ganjil seperti 5X, 7X, 9X, 11X)

6. IK'TIDAL (KEMBALI BERDIRI SELEPAS RUKUK)
BERDIRI SAMBIL MEMBACA DOA  
Sami'allahu liman hamidah.

Maksudnya:
Allah mendengar orang yang memujinya




7. IKTIDAL SELEPAS RUKUKBERDIRI KEMBALI SEBELUM SUJUD
Sambil membaca doa:
Rabbana lakalhamdu.
Ertinya:
Ya Tuhan kami, Bagimu segala puji.

* Rabbana lakalhamdu mil assamawati wamil ardhi wamil
a'maasyita min syai i'nba'du.(Ya Tuhan kami, bagimu segala
puji seisi langit dan bumi dan sebanyak yang Engkau
kehendaki).



8. SUJUD PERTAMA RAKAAT PERTAMA
TUNDUK HINGGA KE PARAS LANTAI
Rapatkan kaki, dirikan jari-jari kaki diatas perutnya. (lihat contoh gambar)Rapatkan kaki, dirikan jari-jari kaki diatas perutnya. (lihat contoh gambar)
Hujung jari paras mata. Serta renggangkan siku dari badanHujung jari paras mata. Serta renggangkan siku dari badan
Rapatkan siku(lengan) kebadan bagi wanita.Rapatkan siku(lengan) kebadan bagi wanita.
Sambil membaca doa:
Subhana rabbiayal a'kla wabihamdih (3 Kali).

Maksudnya:
Maha Suci Tuhanku yang Maha Mulia
dengan sifat kepujiannya. 
Bangun untuk duduk diantara dua sujud sambil membaca:
Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

9. DUDUK ANTARA DUA SUJUD RAKAAT PERTAMA
DUDUK SEPERTI MELUTUT  
Duduk antara dua sujud, tangan diletak diatas peha, dengan hujung jari separas dengan lutut.Duduk antara dua sujud, tangan diletak diatas peha, dengan hujung jari separas dengan lutut.
 
Kedudukan kaki ketika duduk diantara dua sujudKedudukan kaki ketika duduk diantara dua sujud
  Sambil membaca doa:
Rabbighfirli warhamni wajburni warfa'kni warzuqni
wahdini wa'afini wa'kfu 'anni.

Maksudnya:
Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku,
perbaikilah aku, angkatlah darjatku, berilah aku
rezeki, pimpinlah aku, afiatkanlah aku dan maafkanlah aku.

 Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

10. SUJUD KEDUA RAKAAT PERTAMA
  Dan membaca:
Subhana rabbiayal a'kla wabihamdih (3 Kali).

Maksudnya:
Maha Suci Tuhanku yang Maha Mulia
dengan sifat kepujiannya.  
Bangun Untuk menyambung sembahyang kerakaat kedua.
 
 Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

11. BERDIRI RAKAAT KEDUA
  TERUSKAN MEMBACA SURAH AL-FATIHAH










Bismilla hirrahma nirrahim.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Arrahma nirrahim. Maliki yaumiddin.Iyyaka na'kbudu waiyyaka nasta'in. Ihdinassiratal mustaqim. Siratal lazina an'amta'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladdhalin. Amin(*)
Maksudnya:
Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha mengasihani.

Segala puji-pujian bagi Allah tuhan seru sekelian alam. Yang maha pemurah lagi maha pengasih. Yang berkuasa pada hari pembalasan. Hanya Engkau sahaja wahai tuhan yang kami sembah dan hanya Engkau sahajalah tempat kami meminta pertolongan. Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Iaitu jalan orang-orang terdahulu yang telah Engkau berikan nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat. Amin
 
DAN TERUSKAN DENGAN MEMBACA SURAH PILIHAN ( Sebarang surah, contohnya: )
Bismillah hirrohma nirrohim
 
qul a'uzubirobbinnas. malikinnas. ilahinnas. minsyarrin waswaa silkhan' nas. alladzi yuwaswisufi sudu rin' nas .minal jin' natiwan' nas.
 
Artinya :

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.  Raja manusia. Sembahan manusia.  Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,  yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,  dari (golongan) jin dan manusia. 
 
 
12. TAKBIR KERANA MAHU RUKUK' RAKAAT KEDUA.
 
  Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar



13. RUKUK' RAKAAT KEDUA
TUNDUK DALAM KEADAAN 90 DARJAH
  
Subahana rabbial 'azimi wabihamdih. (3 Kali)
Maksudnya:
Maha suci Tuhanku yang Maha Agong dengan sifat
kepujiannya. 
(Boleh juga dibaca lebih dari 3X, dengan bilangan yang ganjil seperti 5X, 7X, 9X, 11X)




14. IK'TIDAL (KEMBALI BERDIRI SELEPAS RUKUK)
BERDIRI SAMBIL MEMBACA DOA  
Sami'allahu liman hamidah.

Maksudnya:
Allah mendengar orang yang memujinya




15. IKTIDAL SELEPAS RUKUKBERDIRI KEMBALI SEBELUM SUJUD
Sambil membaca doa:
Rabbana lakalhamdu.
Ertinya:
Ya Tuhan kami, Bagimu segala puji.

* Rabbana lakalhamdu mil assamawati wamil ardhi wamil
a'maasyita min syai i'nba'du.(Ya Tuhan kami, bagimu segala
puji seisi langit dan bumi dan sebanyak yang Engkau
kehendaki).



16. SUJUD PERTAMA RAKAAT KEDUA
TUNDUK HINGGA KE PARAS LANTAI
Rapatkan kaki, dirikan jari-jari kaki diatas perutnya. (lihat contoh gambar)Rapatkan kaki, dirikan jari-jari kaki diatas perutnya. (lihat contoh gambar)
Hujung jari paras mata. Serta renggangkan siku dari badanHujung jari paras mata. Serta renggangkan siku dari badan
Rapatkan siku(lengan) kebadan bagi wanita.Rapatkan siku(lengan) kebadan bagi wanita.
Sambil membaca doa:
Subhana rabbiayal a'kla wabihamdih (3 Kali).

Maksudnya:
Maha Suci Tuhanku yang Maha Mulia
dengan sifat kepujiannya. 
Bangun untuk duduk diantara dua sujud sambil membaca:
Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

17. DUDUK ANTARA DUA SUJUD
DUDUK SEPERTI MELUTUT  
Duduk antara dua sujud, tangan diletak diatas peha, dengan hujung jari separas dengan lutut.Duduk antara dua sujud, tangan diletak diatas peha, dengan hujung jari separas dengan lutut.
 
Kedudukan kaki ketika duduk diantara dua sujudKedudukan kaki ketika duduk diantara dua sujud
  Sambil membaca doa:
Rabbighfirli warhamni wajburni warfa'kni warzuqni
wahdini wa'afini wa'kfu 'anni.

Maksudnya:
Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku,
perbaikilah aku, angkatlah darjatku, berilah aku
rezeki, pimpinlah aku, afiatkanlah aku dan maafkanlah aku.

 Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

18. SUJUD KEDUA RAKAAT KEDUA
  Dan membaca:
Subhana rabbiayal a'kla wabihamdih (3 Kali).

Maksudnya:
Maha Suci Tuhanku yang Maha Mulia
dengan sifat kepujiannya.  
 
 Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

19. DUDUK TASYAHHUD AWAL
  
Naikkan jari telunjuk apabila tiba kepada bacaan Asyahadu alla illaha illallahNaikkan jari telunjuk apabila tiba kepada bacaan Asyahadu alla illaha illallah
 

Attahiyatul mubarakatus solawatut taiyibatu laillah. Assalamu'alaika aiyuhan nabiyu warahmatullayhi wabarakatuh. Assalamu'alaina wa'la 'ibadillahis salihin. Asyahadu alla illaha illallah. Wa'asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Allahumma solli'ala  Muhammad.

Maksudnya:
Salam dan sejahtera, sembah bakti dan segala kebaikan bagi Allah. Salam atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah dan keberkatanNya. Demikian pula mudah mudahan dianugerahkan kepada kita dasn kepada segenap hamba-hambaNya yang soleh. Aku mengaku bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku mengaku bahawa Nabi Muhammad itupesuruh Allah. Ya Allah berilah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kita Nabi Muhammad.
Bangun Untuk menyambung sembahyang kerakaat ketiga.
 
 Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

20. BERDIRI RAKAAT KETIGA
  TERUSKAN MEMBACA SURAH AL-FATIHAH










Bismilla hirrahma nirrahim.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Arrahma nirrahim. Maliki yaumiddin.Iyyaka na'kbudu waiyyaka nasta'in. Ihdinassiratal mustaqim. Siratal lazina an'amta'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladdhalin. Amin(*)
Maksudnya:
Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha mengasihani.

Segala puji-pujian bagi Allah tuhan seru sekelian alam. Yang maha pemurah lagi maha pengasih. Yang berkuasa pada hari pembalasan. Hanya Engkau sahaja wahai tuhan yang kami sembah dan hanya Engkau sahajalah tempat kami meminta pertolongan. Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Iaitu jalan orang-orang terdahulu yang telah Engkau berikan nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat. Amin
 

21. TAKBIR KERANA MAHU RUKUK' RAKAAT KETIGA.
 
  Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar



22. RUKUK' RAKAAT KETIGA
TUNDUK DALAM KEADAAN 90 DARJAH
  
Subahana rabbial 'azimi wabihamdih. (3 Kali)
Maksudnya:
Maha suci Tuhanku yang Maha Agong dengan sifat
kepujiannya. 
(Boleh juga dibaca lebih dari 3X, dengan bilangan yang ganjil seperti 5X, 7X, 9X, 11X)





23. IK'TIDAL (KEMBALI BERDIRI SELEPAS RUKUK)
BERDIRI SAMBIL MEMBACA DOA  
Sami'allahu liman hamidah.

Maksudnya:
Allah mendengar orang yang memujinya




24. IKTIDAL SELEPAS RUKUKBERDIRI KEMBALI SEBELUM SUJUD
Sambil membaca doa:
Rabbana lakalhamdu.
Ertinya:
Ya Tuhan kami, Bagimu segala puji.

* Rabbana lakalhamdu mil assamawati wamil ardhi wamil
a'maasyita min syai i'nba'du.(Ya Tuhan kami, bagimu segala
puji seisi langit dan bumi dan sebanyak yang Engkau
kehendaki).



25. SUJUD PERTAMA RAKAAT KETIGA
TUNDUK HINGGA KE PARAS LANTAI
Rapatkan kaki, dirikan jari-jari kaki diatas perutnya. (lihat contoh gambar)Rapatkan kaki, dirikan jari-jari kaki diatas perutnya. (lihat contoh gambar)
Hujung jari paras mata. Serta renggangkan siku dari badanHujung jari paras mata. Serta renggangkan siku dari badan
Rapatkan siku(lengan) kebadan bagi wanita.Rapatkan siku(lengan) kebadan bagi wanita.
Sambil membaca doa:
Subhana rabbiayal a'kla wabihamdih (3 Kali).

Maksudnya:
Maha Suci Tuhanku yang Maha Mulia
dengan sifat kepujiannya. 
Bangun untuk duduk diantara dua sujud sambil membaca:
Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

26. DUDUK ANTARA DUA SUJUD
DUDUK SEPERTI MELUTUT  
Duduk antara dua sujud, tangan diletak diatas peha, dengan hujung jari separas dengan lutut.Duduk antara dua sujud, tangan diletak diatas peha, dengan hujung jari separas dengan lutut.
 
Kedudukan kaki ketika duduk diantara dua sujudKedudukan kaki ketika duduk diantara dua sujud
  Sambil membaca doa:
Rabbighfirli warhamni wajburni warfa'kni warzuqni
wahdini wa'afini wa'kfu 'anni.

Maksudnya:
Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku,
perbaikilah aku, angkatlah darjatku, berilah aku
rezeki, pimpinlah aku, afiatkanlah aku dan maafkanlah aku.

 Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

27. SUJUD KEDUA RAKAAT KETIGA
  Dan membaca:
Subhana rabbiayal a'kla wabihamdih (3 Kali).

Maksudnya:
Maha Suci Tuhanku yang Maha Mulia
dengan sifat kepujiannya.  
Bangun Untuk menyambung sembahyang kerakaat ke-EMPAT.
 
 Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

28. BERDIRI RAKAAT KEEMPAT
  TERUSKAN MEMBACA SURAH AL-FATIHAH










Bismilla hirrahma nirrahim.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Arrahma nirrahim. Maliki yaumiddin.Iyyaka na'kbudu waiyyaka nasta'in. Ihdinassiratal mustaqim. Siratal lazina an'amta'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladdhalin. Amin(*)
Maksudnya:
Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha mengasihani.

Segala puji-pujian bagi Allah tuhan seru sekelian alam. Yang maha pemurah lagi maha pengasih. Yang berkuasa pada hari pembalasan. Hanya Engkau sahaja wahai tuhan yang kami sembah dan hanya Engkau sahajalah tempat kami meminta pertolongan. Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Iaitu jalan orang-orang terdahulu yang telah Engkau berikan nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat. Amin
 

29. TAKBIR KERANA MAHU RUKUK' RAKAAT KEEMPAT.
 
  Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar



30. RUKUK' RAKAAT KEEMPAT
TUNDUK DALAM KEADAAN 90 DARJAH
  
Subahana rabbial 'azimi wabihamdih. (3 Kali)
Maksudnya:
Maha suci Tuhanku yang Maha Agong dengan sifat
kepujiannya. 
(Boleh juga dibaca lebih dari 3X, dengan bilangan yang ganjil seperti 5X, 7X, 9X, 11X)




31. IK'TIDAL (KEMBALI BERDIRI SELEPAS RUKUK)
BERDIRI SAMBIL MEMBACA DOA  
Sami'allahu liman hamidah.

Maksudnya:
Allah mendengar orang yang memujinya




32. IKTIDAL SELEPAS RUKUKBERDIRI KEMBALI SEBELUM SUJUD
Sambil membaca doa:
Rabbana lakalhamdu.
Ertinya:
Ya Tuhan kami, Bagimu segala puji.

* Rabbana lakalhamdu mil assamawati wamil ardhi wamil
a'maasyita min syai i'nba'du.(Ya Tuhan kami, bagimu segala
puji seisi langit dan bumi dan sebanyak yang Engkau
kehendaki).



33. SUJUD PERTAMA RAKAAT KEEMPAT
TUNDUK HINGGA KE PARAS LANTAI
Rapatkan kaki, dirikan jari-jari kaki diatas perutnya. (lihat contoh gambar)Rapatkan kaki, dirikan jari-jari kaki diatas perutnya. (lihat contoh gambar)
Hujung jari paras mata. Serta renggangkan siku dari badanHujung jari paras mata. Serta renggangkan siku dari badan
Rapatkan siku(lengan) kebadan bagi wanita.Rapatkan siku(lengan) kebadan bagi wanita.
Sambil membaca doa:
Subhana rabbiayal a'kla wabihamdih (3 Kali).

Maksudnya:
Maha Suci Tuhanku yang Maha Mulia
dengan sifat kepujiannya. 
Bangun untuk duduk diantara dua sujud sambil membaca:
Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

34. DUDUK ANTARA DUA SUJUD
DUDUK SEPERTI MELUTUT  
Duduk antara dua sujud, tangan diletak diatas peha, dengan hujung jari separas dengan lutut.Duduk antara dua sujud, tangan diletak diatas peha, dengan hujung jari separas dengan lutut.
 
Kedudukan kaki ketika duduk diantara dua sujudKedudukan kaki ketika duduk diantara dua sujud
  Sambil membaca doa:
Rabbighfirli warhamni wajburni warfa'kni warzuqni
wahdini wa'afini wa'kfu 'anni.

Maksudnya:
Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku,
perbaikilah aku, angkatlah darjatku, berilah aku
rezeki, pimpinlah aku, afiatkanlah aku dan maafkanlah aku.

 Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

35. SUJUD KEDUA RAKAAT KEEMPAT
  Dan membaca:
Subhana rabbiayal a'kla wabihamdih (3 Kali).

Maksudnya:
Maha Suci Tuhanku yang Maha Mulia
dengan sifat kepujiannya.  
 
 Allahu akbar
Maksud: Allah Maha Besar

36. DUDUK TASYAHHUD AKHIR
Duduk tasyahhud akhir, silangkan kaki kiri kebawah kaki kanan.Duduk tasyahhud akhir, silangkan kaki kiri kebawah kaki kanan.
Naikkan jari telunjuk apabila tiba kepada bacaan Asyahadu alla illaha illallahNaikkan jari telunjuk apabila tiba kepada bacaan Asyahadu alla illaha illallah








Attahiyatul mubarakatus solawatut taiyibatu laillah. Assalamu'alaika aiyuhan nabiyu warahmatullayhi wabarakatuh. Assalamu'alaina wa'la 'ibadillahis salihin. Asyahadu alla illaha illallah. Wa'asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Allahumma solli'ala Muhammad wa'ala aliMuhammad. Kama sollaita'ala Ibrahim wa'ala aliIbrahim. Wabarik 'ala Muhammad wa'ala aliMuhammad. Kama barakta 'ala Ibrahim wa'ala aliIbrahim. Fil 'alamina  innaka hamidummajid.
Maksudnya:
Salam dan sejahtera, sembah bakti dan segala kebaikan bagi Allah. Salam atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah dan keberkatanNya. Demikian pula mudah mudahan dianugerahkan kepada kita dasn kepada segenap hamba-hambaNya yang soleh. Aku mengaku bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku mengaku bahawa Nabi Muhammad itu pesuruh Allah. Ya Allah berilah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kita Nabi Muhammad dan keluarga Muhammad. Seperti apa yang telah Engkau anugerahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad. Seperti yang Engkau berkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Tinggi.
 
 
37. SALAM KEKANAN
 
 Assalamualaikum warahmatullah
Ertinya:
Sejahtera dan rahmat untukmu semoga dirahmati Allah
 
 
 
 
 
 
 38.SALAM KEKIRI
 
undefined
  undefined
 Assalamualaikum warahmatullah
Ertinya:
Sejahtera dan rahmat untukmu semoga dirahmati Allah
 
 
 
 
 
Anda mungkin berminat dengan artikel berkaitan:
Wirid dan doa selepas sembahyang

Link