Rabu, 20 Februari 2013

Kadus se-KLU Sambut Gembira Kenaikan Honor

KLU, suarakomunitas - Setelah dimuat web suarakomunitas.net dan beberapa media lokal  usulan para Kepala Dusun (Kadus)  yang minta honornya dinaikan, kini sudah direspon Pemda Kabupaten Lombok Utara (KLU).
Honor Kadus sebesar Rp. 400.000/bulan, pada awal tahun 2013 mendatang naik menjadi Rp. 750.000/bulan. “Honor Kadus KLU, termasuk honor tertinggi bila dibandingan dengan honor Kadus di kabupaten lain di provinsi NTB, bahkan barangkali di Indoensia”, kata lalu Supriadi, menanggapi kenaikan tersebut.
Sementara Kadus Kopang, Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Sukiono ketika ditemui, 20/12/12, mengaku gembira atas kenaikan hobor para Kadus se KLU. “Kenaikan ini memang pantas dilakukan pemerintah karena mengingat tugas dan tanggung jawab kepala dusun itu cukup berat”, kata Sukiono.
Dengan kenaikan ini, lanjut Sukiono, para kepala dusun perlu meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan program pemerintah dan membangun dusunnya. (ari) 

Minggu, 10 Februari 2013

Pemberhentian Kaur Desa Dikhawatirkan Berdampak Pada Pelayanan

Kayangan, SK - Pemberhentian sejumlah kaur desa yang dilakukan oleh kepala desa terpilih di desa Sesait dan Dangiang Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara, dikhawatirkan akan berdampak pada proses pelayanan dan diminta agar segera diselesaikan.
Hal tersebut dikemukakan wakil bupati KLU, H. Najmul Akhyar, 8/2/13. "Ke dua Desa bersama BPD masing-masing kita minta untuk menyelesiakn persoalan yang ada diinternalnya, tentu dengan cara baik-baik, agar tidak berlarut dan menyisakan masalah baru di Desa itu sendiri,” tegas Wakil Bupati KLU
Dikatakannya, pemda tidak ingin cepat mengambilalih dan bersikap reaktif ketika muncul kasus semacam itu, sebab bisa mengganggu otonomi pemerintahan didesa. Kades, BPD dan Camat diberikan kepercayaan bahwa mereka mampu mengatasi kasus itu dengan melakukan analisa mullti persoalan yang terjadi didesa terkait, kemudian menyelesaikan dengan mekanisme dan prosedur yang sudah ada.

“jika kasus tersebut tidak bisa tuntas di Desa, maka pihak pemda akan turun langsung dan turun serta memfasilitasi penyelesaian sesuai dengan atutran yang berlaku,” jelasnya.
Sementara, wakil ketua komisi I DPRD KLU, Djekat Demung, mengingatkan agar kasus-kasus semecam itu (pemberhantian sepihak yang diduga bernuansa politis) tidak terjadi di desa. Karena tidak hanya dikhawatirkan akan berdampak pada kondusifitas pemerintahan desa itu sendiri, namun juga bisa member contoh negative bagi generasi calon pemimpin desa ke depan.
“Harusnya itu tidak terjadi. Semua tentang tata cara pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa sudah diatur dalam undang-undang (perda-red), tentu segala sesuatunya ada sisitem dan mekanismenya, kepala desa tidak bisa semaunya mengambil kebijakan,” tegas politisi Golkar ini. (sk-22/0001)

Jelang UN SDN 4 Selengen Adakan Les Tambahan

Selengen (KLU), suarakomunitas - Menghadapi pelaksaan Ujian Nasional (UN) yang akan digelar bulan Mei mendatang, membuat penyelenggara pendidikan khususnya di SDN 4 Selengen mengagendakan kegiatan persiapan sejak dini.
Hal ini dilakukankan mengingat sekolah ini terletak di daerah yang sangat terpencil sehingga perlu persiapan dari jauh sebelumnya. Lebih lebih pelaksanaan Ujian Nasional tahun ini merupakan Ujian untuk yang pertama kalinya diadakan setelah Sekolah ini, terlepas dari induknya di SDN 3 Selengen.
Menghadapi kenyataan ini berbagai upaya dipersiapkan diantaranya pengadaan les tambahan bagi siswa kelas 6 terutama pelajaran yang di UN kan.
Kepala SDN 4 Selengen, Murdin, S.Pd, mengatakan, Sekolah ini definitif pada tanggaL 14 Januari 2011, lalu sehingga banyak hal yang perlu dibenahi."Kegiatan UN tahun ini merupakan kegiatan yang pertama kali digelar, dan jumlah peserta UN tahun ini sejumlah 11 Orang, bertambah 4 Siawa dibanding tahun lalu, semoga semuanya bisa lulus " ungkap Murdin, penuh harap.
Lebih jauh dikemukakan bahwa pengadaan les tambahan ditekankan pada 3 mata pelajaran yang di UN kan diantaranya, Bahasa Indonesia Matematika dan IPA. "Jadual Les tambahan untuk 3 bidang studi sudah disusun, dan les ini akan dimulai awal Maret ini,"jelasnya.
Salah seorang guru setempat, Sayedy Eka Putra, menjelaskan, bahwa les tambahan difokuskan pada pembahasan bank soal sesuai SKL dan kisi-kisi UN 2013. "Dengan bekal les tambahan ini siswa merasa siap menghadapi UN," katanya.
Sementara itu Surdip (45) wali murid sekaligus Pengurus Komite SDN 4 Selengen menyambut positif diadakannya kegiatan les tambahan ini. Menurutnya dengan adanya les ini maka siswa merasa terbantu di dalam membahas dan menguasai kembali materi yang pernah diajarkan. "Semoga anak-anak kita bisa mengikuti kegiatan ini dengan baik, dapat menjawab soal-soal yang diberikan, sehingga menghadapi UN nantinya benar-benar siap," harapnya. (Marwan pantura)

Rabu, 06 Februari 2013

Kapal Barang KLM Surya Mas, Kembali Menelan Korban

Mumbul Sari,(SK),-- Dua orang warga KLU (R.Sukarmadi dan Muhsan) yang menjadi korban Kapal barang KLM Surya Mas yang terdampar di lepas pantai Mumbul Sari Kecamatan Bayan, Kamis,(31/01/2013) pekan lalu, belum hilang dari ingatan.

Berselang 3 hari dari tewasnya 2 orang warga KLU tersebut, kapal barang naas yang hampir setengah bulan terdampar itu, kini kembali lagi memakan korban.Tidak tanggung-tanggung, korban kali ini adalah Mursandi (30) warga Sumur Jiri Desa Sesait Kecamatan Kayangan KLU.Korban diperkirakan tenggelam sebelum tiba di buritan kapal,Senin siang,(04/02/2013) sekitar pukul 15,00 wita.
Menurut keterangan rekan korban Misnawi (34) yang juga iparnya mengatakan, pada awalnya dirinya bersama korban memang telah merencanakan akan pergi ke pantai Mumbul Sari dimana kapal barang yang naas itu terdampar.Sekedar ingin melihat sekalian refresing sambil mandi, maka mereka memutuskan untuk berangkat lebih awal agar bisa mandi lebih lama, lagi pula mumpung cuaca lagi cerah, pikir mereka. 
Setelah sholat Zduhur, Misnawi, Kipli dan Mursandi (korban) berangkatlah dengan mengendarai Sepeda motor sambil berboncengan menuju pantai Mumbul Sari dimana kapal barang yang terdampar itu berada.Tiba di pantai,kata Misnawi, si korban (Mursandi) ini ngotot ingin cepat-cepat berenang menuju kapal.Awalnya Misnawi tidak mau dan sempat menyarankan tidak usah berenang menuju kapal, karena saat itu air laut sedang pasang dan bergelombang besar,arusnya keras sehingga airnya pun keruh.Namun Mursandi bersi keras dan terus membujuk Misnawi dan Kipli agar mau menuruti keinginannya untuk bersama-sama mandi sekalian naik ke atas kapal yang naas itu.
Kemauan korban itupun di turuti.Maka ketiganya pun bersiap-siap untuk mandi. Dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek saja, akhirnya mereka memutuskan untuk mandi dan berenang bersama menuju kapal.Mereka bertiga, kemudian bersamaan masuk laut dan berenang. Kipli terlebih dahulu tiba dan naik diatas kapal.Sementara Mursandi baru sampai pertengahan (jarak antara diri korban ke kapal dan ke pantai sama).Sementara Misnawi masih di dekat pantai belum terlalu jauh masuk laut.
“Korban memang sempat melambaikan tangannya, mungkin dia memanggil minta tolong.Tapi, lambaian tangan korabn itu, saya kira hanya memberikan isyarat agar kita cepat menyusulnya ke tengah,”kata Misnawi.

Hal tersebut di benarkan Aswadi, salah seorang anggota Tagana KLU yang secara kebetulan berada di sekitar lokasi kejadian.”Memang sempat saya lihat lambaian tangan korban yang timbul tenggelam akibat hempasan gelombang pasang di tengah laut.Tetapi setelah lambaian yang ketiga kali, setelah itu tidak kelihatan lagi,”katanya.
Rupanya lambaian tangan korban yang ketiga kali yang dilihat oleh salah seorang anggota Tagana KLU itulah, untuk yang terakhirnya korban terlihat.Akhirnya setelah melihat kejadian itu,Aswadi bersama rekannya Mahrip, langsung berlarian menuju kerumunan orang yang dari sejak awal berada di sekitar pantai itu, untuk bagaimana menolong korban. Namun, tidak ada satu pun orang yang berani menolong.Alasannya tidak ada yang bisa berenang.
Sementara Kipli yang sudah dulu sampai di atas kapal mengatakan, begitu melihat korban sudah tidak terlihat, katanya, dirinya segera menceburkan diri dengan maksud akan menolongnya. Namun ketika dirinya sudah sampai di lokasi tenggelamnya korban, korban tidak berhasil di temukan.
Selaku Tagana KLU, Aswadi segera menghubungi Basarnas dan Kepala BPBD KLU Drs Iwan Maret Asmara.Kepala BBD asal Bayan ini, begitu menerima laporan segera meluncur ke TKP. Sedangkan Basarnas baru tiba di TKP di bawah pimpinan Dede sekitar pukul 18,53 dan langsung mencari korban dengan menggunakan peralatan bawah laut.Hingga berita ini di tulis, pencarian korban oleh tim Basarnas terus di lakukan.Namun belum ada tanda-tanda korban akan ditemukan.
Sebelum Tim Basarnas tiba di TKP, pihak Tagana maupun pihak keluarga sudah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan pencarian.Namun semua itu belum membuahkan hasil.Sementara hari pun semakin gelap karena menjelang Magrib. Warga masyarakat KLU di sebagian wilayah bagian timur, ketika mendengar berita tentang adanya warga masyarakat KLU yang kembali menjadi korban kapal barang tersebut, semakin lama semakin banyak yang berdatangan, hingga tengah malam dan bahkan ada yang menginap.
Ari, salah seorang anggota Tagana KLU lainnya yang ikut menoba mencari mengatakan, arus air laut di bawah tidak terlalu keras. Kemungkinan korban tidak terlalu jauh dari TKP. Kalaupun mencarinya harus ke pinggir, karena ketika terjadinya peristiwa yang menewaskan warga Sumur Jiri Desa Sesait itu, air laut dalam keadaan pasang,”Andaikata airnya tidak keruh dan jernih, korban mungkin masih bisa di temukan, ini murni tenggelam,”tandasnya.
Dikatakan Kipli, memang isteri korban pernah bermimpi satu malam sebelum kejadian bahwa suaminya menggelar pesta besar. Sehingga isteri korban, begitu mendengar berita tentang suaminya tenggelam, baru sadar bahwa mungkin itu alamat mimpinya semalam,pikirnya.”Innaa lillaahi Wa innaa ilaihi rooji’uun,”ucapnya.(Eko)

Makna Dari Ibadah

Asy-Syaikh Dr. Shalih Fauzan Al-Fauzan Hafidzahullah

A.        DEFINISI IBADAH

Ibadah (عبادة) secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain :
1.         Ibadah ialah taat kepada Allah  dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,
2.         Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi,
3.         Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah  berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)
Allah  memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah ).
==============================================

تعريف العبادة

فأجاب -رحمه الله

العبادة: هي اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه، من الأقوال والأعمال الباطنة والظاهرة، فالصلاة والزكاة والصيام والحج، وصدق الحديث وأداء الأمانة، وبر الوالدين وصلة الأرحام، والوفاء بالعهود، والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، والجهاد للكفار والمنافقين، والإحسان للجار واليتيم والمسكين وابن السبيل والمملوك من الآدميين والبهائم، والدعاء والذكر والقراءة، وأمثال ذلك من العبادة، وكذلك حب الله ورسوله، وخشية الله والإنابة إليه، وإخلاص الدين له، والصبر لحكمه، والشكر لنعمه، والرضا بقضائه، والتوكل عليه، والرجاء لرحمته، والخوف من عذابه، وأمثال ذلك هي من العبادة لله

Makna Ibadah Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah :

Ibadah adalah segala sesuatu yang mencakup semua hal yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala, baik berupa ucapan dan amalan, yang nampak dan yang tersembunyi.

Maka shalat, zakat, puasa, hajji, berkata benar, menyampaikan amanat, berbakti kepada kedua orang tua, silaturrahim, menepati janji, amar ma’ruf nahi mungkar, jihad menghadapi orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, budak, hewan piaran, berdoa, berzikir, membaca al Quran, dan yang semisalnya termasuk ibadah. Demikian juga mencintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam, takut dan inabah kepada-Nya, ikhlas hanya kepada-Nya, bersabar atas hukum-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, ridha dengan qadha-Nya, bertawakkal kepada-Nya, mengharap rahmat-Nya, takut kepada azab-Nya, dan yang semisalnya termasuk dalam ibadah.

http://taimiah.org/index.aspx?function=item&id=949&node=4109

==============================================

B.        MACAM-MACAM IBADAH DAN KELUASAN CAKUPANNYA


Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil, dan membaca Al-Qur’an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Begitu pula cinta kepada Allah  dan Rasul-Nya, khassyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepada-Nya, ikhlas kepada-Nya, sabar terhadap hukum-Nya, ridha dengan qadha’-Nya, tawakkal, mengharap nikmat-Nya dan takut dari siksa-Nya.
Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika perbuatan itu diniatkan sebagai qurbah (pendekatan diri kepada Allah ) atau apa-apa yang membantu qurbah itu. Bahkan adat kebiasaan yang dibolehkan secara syari’at (mubah) dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepada-Nya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal semata.

C.        PAHAM-PAHAM YANG SALAH TENTANG PEMBATASAN IBADAH


Ibadah adalah perkara tauqifiyah. Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak), sebagaimana sabda Nabi  :
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia ditolak.” (HR. Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718)
Maksudnya, amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosa karenanya. Sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan taat.
Kemudian manhaj (jalan) yang benar dalam melaksanakan ibadah yang disyari’atkan adalah sikap pertengahan. Tidak meremehkan dan malas, serta tidak dengan sikap ekstrim dan melampaui batas. Allah  berfirman kepada Nabi-Nya , “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Hud: 112)
Ayat Al-Qur’an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah. Yaitu dengan ber-istiqomah dalam melaksanakan ibadah pada jalan tengah, tidak kurang atau lebih, sesuai dengan petunjuk syari’at (sebagaimana yang diperintahkan). Kemudian pada akhir ayat, Allah  menegaskan lagi dengan firman-Nya, “Dan janganlah kamu melampaui batas.”
Tughyan adalah melampaui batas dengan bersikap terlalu keras dan memaksakan kehendak serta megada-ada. Ia lebih dikenal dengan ghuluw.
Ketika Rasulullah  mengetahui bahwa tiga orang dari sahabatnya melakukan ghuluw  dalam ibadah, dimana seorang dari mereka berkata, “Saya akan terus berpuasa dan tidak  berbuka”, yang kedua berkata, “Saya akan shalat terus dan tidak tidur”, lalu yang ketiga berkata, “Saya tidak akan menikahi wanita”, maka beliau  bersabda, “Adapun saya, maka saya berpuasa dan berbuka, saya shalat dan saya tidur, dan saya menikahi perempuan. Maka barang siapa tidak menyukai jejakku maka dia bukan dari (bagian atau golongan)-ku.” (HR. Bukhari no. 4675 dan Muslim no. 2487)
Ada 2 golongan yang saling bertentangan dalam soal ibadah :
1. Golongan pertama: Yang mengurangi makna ibadah serta meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan sedikit, yang hanya diadakan  di masjid-masjid saja. Menurut mereka tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, juga tidak dalam peradilan kasus sengketa dan dalam perkara-perkara kehidupan lainnya.
Memang masjid mempunyai keistimewaan dan harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar masjid.
2. Golongan kedua: Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim, yang sunnah sampai mereka angkat menjadi wajib, sebagaimana yang mubah (boleh) mereka angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi jalan (manhaj) mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman lainnya.
Padahal sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad  dan seburuk-buruk perkara adalah yang bid’ah.

D.        PILAR-PILAR UBUDIYAH YANG BENAR


Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut) dan raja’ (harapan).
Rasa cinta (hubb) harus dibarengi dengan sikap rasa rendah diri, sedangkan khauf (takut) harus dibarengi dengan raja’ (harapan). Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah  berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin, “Dia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.” (QS. Al-Maidah: 54).
Dan juga firman-Nya, “Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)
Dalam perkara ini, Allah  juga berfirman menyifati para Rasul dan Nabi-Nya, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya: 90)
Sebagian salaf berkata, “Siapa yang menyembah Allah  dengan rasa hubb (cinta) saja maka dia zindiq (istilah untuk setiap munafik, orang yang sesat dan mulhid). Siapa yang menyembah-Nya dengan raja’ (harapan) semata maka ia adalah murji’ (orang Murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan dari iman. Iman hanya dengan hati saja). Dan siapa yang menyembah-Nya hanya dengan khauf (takut) saja, maka dia adalah harury (orang dari golongan Khawarij, yang pertama kali muncul di Harurro’, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa adalah kafir). Siapa yang menyembah-Nya dengan hubb, khauf dan raja’ maka dia adalah mukmin muwahhid”.
Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Risalah Ubudiyah. Beliau juga berkata, “Dien Allah adalah menyembah-Nya, taat dan tunduk kepada-Nya. Asal makna ibadah adalah adz-dzull (hina). Dikatakan “طريق معبّد” jika jalan itu dihinakan dan diinjak-injak oleh kaki manusia. Akan tetapi ibadah yang diperintahkan mengandung makna dzull (hina/merendahkan diri) dan hubb (cinta). Yakni mengandung makna dzull yang paling dalam dengan hubb yang paling tinggi kepada Allah . Siapa yang tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba (menyembah) kepadanya. Dan jika ia menyukai sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, maka iapun tidak menghamba (menyembah) kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mencintai anak atau rekannya. Karena itu tidak cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah , tetapi hendaklah Allah  lebih dicintainya dari segala sesuatu dan Allah  lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yang berhak mendapat mahabbah (cinta) dan khudu’ (ketundukan) yang sempurna selain Allah .” (Majmu’ah Tauhid Najdiyah, 542). Inilah pilar-pilar kehambaan yang merupakan poros segala amal ibadah.
Ibnu Qayyim rahimullah berkata dalam “Nuniyyah-nya”, “Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang dalam kepada-Nya, beserta kepatuhan menyembah-Nya. Dua hal ini adalah ibarat dua kutub. Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak. Sumbunya adalah perintah (perintah Rasul-Nya). Bukan hawa nafsu dan setan.”
Ibnu Qayyim rahimullah menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintai, yaitu Allah  dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul dan syari’atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu dan setan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyari’atkan baginda Rasul  itulah yang memutar orbit ibadah. Ibadah tidak diputar oleh bid’ah, nafsu dan khurafat.

E.        SYARAT DITERIMANYA IBADAH


Pembaca yang budiman, untuk melengkapi pembahasan ini, kami ingatkan lagi dengan syarat diterimanya ibadah. Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan ada syarat :
1.         Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil,
2.         Sesuai dengan tuntunan Rasulullah .
Syarat pertama adalah merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah  dan jauh dari syirik kepada-Nya.
Sedangkan syarat yang kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Allah  berfirman, “(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)
Dalam ayat diatas disebutkan “menyerahkan diri” (aslama wajhahu) artinya memurnikan ibadah kepada Allah . Dan “berbuat kebajikan” (wahuwa muhsin) artinya mengikuti Rasul-Nya .
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  rahimahullah mengatakan, “Inti agama ada dua pokok yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah , dan kita tidak menyembah kecuali dengan apa yang dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah. Sebagaimana Allah  berfirman, “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110). Yang demikian adalah manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad Rasulullah.
Pada yang pertama, kita tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua bahwasannya Muhammad  adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau  telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah , dan beliau melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau mengatakan bahwa bid’ah itu sesat” (Al-Ubudiyah, hal 103; ada dalam Majmu’ah Tauhid, hal. 645)
Rujukan : Kitab Tauhid lish-Shafil Awwal karya Dr. Shalih Al-Fauzan

Link