Tampilkan postingan dengan label SOSIAL BUDAYA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SOSIAL BUDAYA. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Februari 2014

Menderita Tumor, Nasir Butuh Perhatian Pemerintah

Kayangan,(Gema Pantura FM),-- Adalah Nasir (47) warga Dusun Sumur Pande Tengah Desa Sesait Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara, merupakan penderita Tumor sudah puluhan tahun di deritanya.Tumor yang bercokol di paha kaki kanannya tersebut hingga saat ini besarnya seperti sarang lebah bergelantungan.
Nasir yang sudah memiliki keturunan 2 orang asal Suradadi Lombok Timur ini mengaku mulai tinggal di Sumur Pande Tengah Desa Sesait yang terkenal dengan motto Merenten itu sejak tahun 1989, dengan alasan ikut istri yang juga keponakan salah seorang politisi partai Golkar DPRD KLU Djekat.

Nasir menuturkan, penyakit yang di deritanya sejak puluhan tahun silam itu, menurut keterangan dokter spesialis tulang di kota Mataram, ketika memeriksakan diri tahun 2009 lalu, oleh dokter dinyatakan bahwa dirinya mengidap penyakit tumor. Lalu ia disarankan merujuknya ke Surabaya. Karena terbentur masalah tidak ada biaya, katanya, dirinya lebih memilih untuk tidak berangkat.Akhirnya hingga saat ini, ia hanya pasrah saja menerima nasibnya.

Selanjutnya Nasir bertutur hal ihwal penyakit tumor yang menimpa dirinya. Berawal dari Malaysia, ketika pulang kerja biasanya naik mobil. Saat itu hari sedang hujan lebat. Ketika turun dari mobil mereka langsung lari berebutan dengan teman-temannya. Nah saat itulah (2004) nasib malang menimpanya, Nasir terjatuh sehingga mengakibatkan mangkok tulang lututnya terlepas. Kemudian dibawa ke rumah sakit (hospital) .Oleh dokter di Malaysia, katanya harus di potong kakinya.Tapi Nasir tidak mau, lantas minta di pulangkan saja ke Indonesia.

Diceritakannya, walau dalam keadaan sakit yang serius, dirinya terus di pulangkan ke Negara asalnya Indonesia. Di Indonesia pun perawatan di lanjutkan dengan merujuk ke Klinik Biomedikal Mataram. Oleh pihak Klinik tersebut menyarankan agar merujuk ke Surabaya. “Lagi-lagi masalah biaya yang menjadi kendala sehingga batal di rujuk ke Surabaya,”urai Nasir.

Awalnya penyakit yang diderita Nasir biasa saja tidak ada cirri-ciri akan membesar seperti sekarang hingga mencapai diameter 90 cm.Sebenarnya dia mengaku tidak bisa bangun dan beranjak dari tempat tidurnya, tapi karena semangatnya yang tinggi untuk tetap bertahan hidup, maka hal itu tetap dilakukannya setiap hari. Lebih-lebih dirinya adalah satu-satunya tulang punggung keluarga yang menjadi harapan dan tumpuan keberlangsungan hidup menafkahi keluarganya.

Selama lebih puluhan tahun mengidap penyakit tumor yang dideritanya tersebut, Nasir terus berharap ada uluran tangan dari Pemerintah Daerah dalam hal ini kesehatan maupun dinas lainnya untuk membantu meringankan beban solusi nasib yang menimpa dirinya. Karena tidak ada kemampuan untuk berobat itulah sehingga keadaan penyakit tumor yang menyerang dirinya, mulai dari lutut hingga pangkal pahanya itu semakin lama semakin membesar dan keras seperti batu.

Namun yang patut di acungi jempol yang terdapat pada diri Nasir yang walaupun selama hampir 10 tahun lebih menanggung derita tumor tersebut adalah semangatnya yang tinggi untuk tetap bekerja menghidupi keluarganya dengan bermodalkan sebagai tukang jahit.

Diakuinya, selama ini dia hanya bisa pasrah menerima nasibnya, yang setiap hari hanya mampu tidur, bangun dan mendekam di kamar tidurnya.Sesekali ia keluar dan duduk di berugak saka empat miliknya dengan bantuan tongkat. Sehingga siapapun yang melihatnya pasti miris dan terharu.

Kepala Dusun Sumur Pande Tengah Sedim mengaku sangat sedih dan prihatin melihat penderitaan warganya yang hampir puluhan tahun ditimpa musibah tersebut.Sehingga Sedim yang sudah 2 periode menjabat ini berharap agar semua pihak terutama pemerintah daerah bisa membantu mencari jalan keluarnya.

Senada dengan Sedim, Waji Ahmad Sesait salah seorang keluarga terdekat Nasir juga berharap pemerintah daerah memperhatikan hal ini. Walau keadaan sakit seperti itu, Nasir memiliki dedikasi dan semangat tinggi untuk bekerja menghidupi keluarganya dengan menjahit. “Mohonlah Pemerintah Daerah terutama dinas terkait memperhatikan hal ini,”harapnya. (Eko)

Selasa, 22 Februari 2011

Tradisi Migel Ala Maulid Adat Gumantar

GUMANTAR KLU – Tradisi Migel (tarian) bagi masyarakat komunitas Gumantar pada setiap perayaan Maulid Adat sudah tidak asing lagi dipertontonkan. Buktinya, ketika perayaan maulid adat pada tahun ini, tarian Migel ini kembali digelar secara spontanitas.

Migel (tarian) yang biasanya digelar disekitar kompleks Mesjid Kuno Gumantar ini, sejak awal dimulainya persiapan hingga berakhirnya ritual Maulid Adat, Migel terus digelar hingga tengah malam.

Menurut A.Sukari (54) salah seorang tokoh adat Gumantar mengatakan bahwa, kegiatan tarian Migel ini dilakukan oleh segala lapisan masyarakat, baik dari kalangan anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Terutama yang lebih menonjol menurut A.Sukari adalah dilakukan oleh para gadis.

“Tarian Migel ini dilakukan secara spontanitas oleh anak-anak remaja ataupun oleh orang dewasa. Mereka melakukan tarian yang disebut Migel ini secara otodidak,”jelas A.Sukari.

“Siapa saja yang hadir ditempat ini, lanjutnya, pasti akan tertarik untuk bergoyang mengikuti alunan irama gending  kulintang dan gong adat yang sudah ratusan tahun tersimpan dibale adat ini,”tambahnya.

Sementara itu, salah sorang penari Migel Nursani, yang ditemui penulis disela-sela kesibukannya menari mengatakan bahwa dirinya sangat senang ikut menari bersama teman-temannya. Apalagi katanya, kalau sudah mendengar bunyi gending gong adat yang ditabuh di alun-alun Mesjid Kuno, rasa girangnya ingin bergoyang timbul secara spontan.

“Kalau kita sudah berada disini (alun-alun Mesjid Kuno..red), begitu kita dengar bunyi gong ditabuh, rasa girang kita timbul secara tiba-tiba ingin menari. Kalau sudah seperti itu, kita langsung ke alun-alun bergabung bersama teman-teman, yang memang sudah duluan menari,”terang Nursani semangat.

Ketika ditanya, apakah tidak merasa bosan menari terus sepanjang hari, lebih-lebih ritualMaulid Adat ini berlangsung selama dua hari dua malam, Nursani mengaku tidak pernah merasa bosan, karena  diakuinya selama menari (Migel) bahwa dirinya selalu senang.

“Yang penting tidak ada beban yang kita pikirkan, rasa bosan itu tidak ada. Dengan demikian, rasa senang saja yang selalu ada pada diri kita,”jelas Nursani.(Eko).

 

Ritual Penyembelehan Koq (kerbau) Yang Kembalik Pokon

SESAIT KLU – Sudah menjadi tradisi ketentuan para leluhur bahwa, ritual bisok menik dalam rangkaian prosesi Maulid Adat Sesait, harus ke Lokok Kremean, yang lokasinya sekitar satu km kearah barat daya Mesjid Kuno.

Usai bisok menik ini, rangkaian selanjutnya setelah bakda zhohor adalah sembeleh Koq (kerbau) kembalik pokon, yang ukuran,umur dan bobot sudah menjadi ketentuan para leluhur.

Menurut A.Rahini (55) salah seorang tokoh adat Sesait bahwa, seluruh rangkaian pekerjaan ritual adat di wet Sesait ini adalah berdasarkan perhitungan kalender Jango Bangar.

“Pelaksanaan ritual adat di wet Sesait seluruhnya berdasarkan perhitungan kalender Jango Bangar. Termasuk juga acara ritual penyembelehan Koq didepan pintu Mesjid Kuno Sesait ini,”jelas A.Rahini.

Namun diakui A.Rahini bahwa sebelum acara penyembelehan Koq dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan penyembelehan tiga ekor ayam yang putek mulus,bulu telu (tiga) dan bing kuning, ditempat dimana nantinya pemyembelehan Koq dilaksanakan.

“Warna bulu ayam putek mulus (symbol kesucian) melambangkan Penghulu, warna bulu telu (biru, symbol kesuburan) melambangkan Mangkubumi, dan warna bing kunig (merah-kuning, symbol keberanian dan kemakmuran) melambangkan Pemusungan dan Jintaka,”beber A.Rahini lugas.
Ketika ditanya,  mengapa ayam yang tiga warna tadi disembeleh duluan, A.Rahini yang juga anak mantan dari Mangkubumi terdahulu ini, mengatakan dengan senyum bahwa, pada saat itu ada Manik – Mulud (Firman Allah Swt) segala sesuatu mulai ada.

Sementara itu Ketua Panitia Pelaksana Maulid adat wet Sesait Asrin, mengatakan bahwa yang mengerjakan ritual persiapan  penyembelehan Koq ini adalah Purusa A.Dalik-A.Kayam Bat Pawang.

“Yang melakukan melekok koq (ikat kerbau) sebelum disembeleh dari Purusa A.Dalik-A.Kayam Bat Pawang. Jadi tidak sembarang yang melakukannya,”jelas Asrin yang dikenal dalam komunitas Sesait ini dipanggil Upik.

Sedangkan yang akan melakukan penyembelehan adalah dari Tau Lokak Empat, bisa Mangkubumi, Pemusungan,Penghulu dan Jintaka.Tergantung kesepakatan mereka, siapa yang akan melakukan penyembelehan.(Eko).

Minggu, 20 Februari 2011

Puncak Maulid Adat Sesait, Dulang Nasi Aji di Naikkan

SESAIT KLU – Ritual prosesi Maulid Adat wet Sesait, pada puncaknya yang terakhir (hari keempat) dengan menaikkan Nasi Aji ke Mesjid Kuno.

Nasi Aji yang dinaikkan ini berjumlah tiga buah dulang  yang berkaki satu,  yang bentuk dulangnya seperti Waruga pada jaman batu besar.

Disebut Nasi Aji, karena cara penyajian segala isinya dengan cara berdiri dan dibungkus / dibalut dengan kain putih.

“Pada intinya, ini adalah sebuah simbol bahwa, apapun isinya tidak ada yang mengetahui, karena dibungkus dengan kain putih,”kata Lakiep dari Marga Sanggia pada suatu kesempatan.

Mengapa jumlahnya harus tiga dulang? Lakiep menjelaskan,” karena itu ada hubungannya dengan Menjango, Membangar dan Bukak Tanak,”jelasnya.

Dulang Nasi Aji  berisikan segala jenis makanan yang sebelumnya sudah disajikan oleh Praja Mulud di dalam Kampu. Isinya terdiri dari nasi, lauk-pauk (tanpa garam), pisang, jaja pangan, jaja tutu dan lain secukupnya. Semua penganan ini disajikan / diatur dengan cara berdiri. Masing-masing dulang dibungkus dengan menggunakan kain putih (melambangkan kesucian).

Menurut salah seorang tokoh adat Sesait A.Rahini (55) bahwa, Nasi Aji yang  berjumlah tiga dulang ini, diperuntukkan bagi Tau Lokak Empat. Sedangkan dulang selebihnya itu adalah sebagai pengiring dulang Nasi Aji, dan diperuntukkan bagi siapa saja yang ada di dalam Mesjid Kuno.

“Khusus dulang Nasi Aji yang tiga buah ini, sudah ada peruntukannya. Satu dulang untuk pasangan Pemusungan dan Penghulu, satu dulang untuk pasangan Mangkubumi dan Jintaka, dan satu dulang yang lainnya diperuntukkan bagi tamu undangan yang lain, yang setingkat dengan jabatan Tau Lokak Empat,”terang A.Rahini.

Tetapi yang unik disini, lanjutnya, bahwa Mangkubumi itu tidak makan. Sebagai penggantinya dicarilah orang yang sederajat dengannya, untuk menyantap Nasi Aji bersama dengan Jintaka

Ada lagi sebutan yang unik dalam Tau Lokak Empat. Misalnya, Penghulu, tidak disebutkan Penghulu saja, tetapi ditambah sebutan nama didepannya dengan sebutan Mas Penghulu. Sedangkan yang lain, seperti Pemusungan, Mangkubumi dan Jintaka, sebutannya tetap tidak berubah.

“Yang lain, tetap sebutannya, hanya Penghulu saja yang disebut Mas Penghulu,”jelas A.Rahini.

Ketika ditanya mengapa demikian, A.rahini menjawab dengan senyum, “Karena itu identik dengan Penggentik (Pengganti),”katanya.(Eko).

Jumat, 18 Februari 2011

Ritual Bisok Menik ke Lokok Kremean, Diguyur Hujan

SESAIT KLU- Rangkaian lanjutan prosesi Maulid Adat pada hari yang ke empat (Kamis 17/02/2011) di wet Sesait, kembali dilaksanakan dengan agenda Bisok Beras (bisok Menik), sekitar satu km ke arah barat daya Mesjid Kuno Sesait.
Nampak rombongan iring-iringan para pemuda-pemudi dari berbagai dusun di wilayah wet Sesait, berjalan menuju pusat lokasi digelarnya ritual bisok beras (bisok menik) di Lokok Kremean, yang merupakan  prosesi awal sebelum beras dimasak dalam Kampu, yang terletak di dalam perkampungan Sesait.


Walau Sesait diguyur hujan sejak pagi harinya, namun peserta bisok beras yang terdiri dari kaum hawa baik yang masih gadis, sudah berkeluarga  maupun yang sudah monopaus, tidak menyurutkan semangat mereka untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan sacral ritual tahunan ini. Semangat mereka semakin bertambah manakala diiringi oleh dua barungan (grup) gong dua yang ikut mengiringi dari belakang.


“Wah, semangat betul kita ini, walau kita tidak pakai alas kaki, kita tetap semangat ikut ambil bagian untuk dapat bisok beras,” kata Turni, salah seorang  peserta bisok beras dari Sumur Pande, yang dibenarkan juga oleh temannya Rusmiati dari Rebakong.


Ketua Panitia Pelaksana Asrin, mengatakan bahwa, kegiatan ritual bisok beras ke Lokok Kremean tahun ini diikuti oleh sekitar 230 orang peserta. Kegiatan ini, menurut Asrin sempat tertunda dari jadual semula, karena disebabkan kondisi cuaca yang tidak bersahabat.


“Dari pagi hari sampai digelarnya ritual ini, hujan terus turun, sehingga jadual yang kita rencanakan mulai jam 07,00 molor menjadi jam 09,15. Ini bukan kesalahan kami panitia, tapi inilah kehendak Yang Kuasa,” jelas Asrin.


Diakui Asrin, walau hujan terus mengguyur Sesait, namun prosesi ritual bisok beras jalan terus dan semangat peserta juga antusias. “Mungkin ini karena pesertanya banyak, sehingga mereka juga semangat, lebih-lebih banyak peserta dari kalangan muda-mudi,” katanya menambahkan.


Sementara itu, dari kalangan generasi muda asal sumur Pande Demung Waji, mengatakan sangat terharu melihat rekan-rekan sebayanya penuh semangat ikut kegiatan sacral yang tiap tahun diselenggarakan wet Sesait ini. Sehingga, tidak terasa katanya air matanya jatuh dan tidak bisa ngomong apa-apa.


“Ini patut kita berikan apresiasi kepada generasi muda khususnya di wet Sesait. Karena kita lihat sekarang ini, para pemuda wet Sesait sudah mulai menampakkan jati dirinya. Buktinya, yang nampak menonjol dari kegiatan Maulid Adat ini adalah dari generasi mudanya, dari sejak perencanaan, penggalangan dana, pencarian situs sejarah, pelaksanaan ritual, sampai dengan berakhirnya rangkaian prosesi Maulid Adat ini, semuanya dari kalangan generasi muda yang ada di wet Sesait,” beber Demung Waji. (Eko)

Penjaga Situs Lokok Kremean, Marga Sanggia

Sesait, Lombok Utara - Lokok Kremean adalah salah satu situs Sesait yang hingga kini masih lestari.Belum lama ini, situs yang tiap tahunnya langganan digunakan sebagai rangkaian prosesi bisok beras (cuci beras) menjelang pelaksanaan Maulid Adat, kini dibenahi.

Puluhan pemuda wet Sesait yang tergabung dalam Himpunan Pemuda Pencari Situs Sesait (HPPSS) bekerjasama dengan marga Sanggia gotong royong membenahi situs Lokok Kremean (24/02/2011).

Menurut penuturan Lakiep (48) yang sudah empat tahun menjaga situs ini, mengaku bahwa, keberadaan dirinya sebagai penjaga situs tersebut berdasarkan Purusa (garis keturunan) dari Bapuk Buntit-Amaq Sanggia (Marga Sanggia).

”Saya menjaga situs Lokok Kremean ini sudah empat tahun, dari sejak ayah saya tiada. Marga kami menjaga situs ini secara turun-temurun atau berdasarkan Purusa,”beber Lakiep.

Disamping situs Lokok Kremean, lanjut Lakiep, ada pula situs yang lain. Diantaranya adalah Sumur Jukung, Sumur Minyak, Batu Lesong dan Lokok Nampih.

Lakiep menjelaskan bahwa, situs-situs ini ada keterkaitannya satu sama lain.

”Menurut cerita orang tua jaman dahulu, bahwa sebelum pelaksanaan Maulid Adat, ditempat situs ini, Pare (padi)  ditutu (ditumbuk) , kemudian ditampik (dibersihkan), kemudian di Krem (di rendam), lalu dibuat Jaja Pangan (sejenis penganan), lau di goreng. Setelah semuanya  ini sudah selesai, kemudian dibawa kembali menggunakan Jukung (sampan/rakit) ke Kampu (rumah adat) di Sesait untuk proses selanjutnya.”cerita Lakiep dengan semangat.

”Itulah sebabnya ada situs Batu Lesong (digunakan untuk menumbuk padi), situs Lokok Nampih (tempat Menampik/membersihkan beras), situs Lokok Kremean (tempat merendam beras sebelum dibuat jaja pangan) dan situs Sumur Jukung (diyakini sebagai sampan/rakit untuk membawa beras dan jaja pangan ke Kampu),”jelas Lakiep.

Ketika ditanya, apakah ada perhatian dari Perbekel Adat terhadap dirinya selaku penjaga situs Lokok Kremean tersebut, Lakiep mengaku tidak ada sama sekali. Hanya saja, katanya kalau sudah ada keperluan menggunakan situs ini sebagai tempat prosesi kegiatan Maulid adat, baru pihak Perbekel Adat menghubungi dirinya.

”Ini betul-betul karena Purusa saja, kami menjaga situs ini. Walau kami menjaganya berdasarkan Purusa, namun kami ikhlas, biarpun tidak mendapatkan perhatian serius dari pemegang kebijakan,”kilah Lakiep. (Eko).

Pembekel Adat Sesait, Tinjau Persiapan Panitia

Sesait, Lombok Utara - Pelaksanaan Maulid Adat di wet Sesait sudah diambang pintu. Untuk melihat persiapan ini, maka Sekretaris Umum Pembekel Adat Sesait Masidep, didampingi Tau Lokak Empat meninjau langsung persiapan Panitia Pelaksana Maulid Adat di Kampu Sesait (14/02/2011).

Asrin (39) selaku Ketua Panitia Pelaksana mengatakan bahwa, persiapan yang dilakukan sampai dengan H-2 hampir 95 %. Tinggal beberapa point saja yang terus dibenahinya.

”Persiapan kita sudah 95% rampung, tinggal kita benahi beberapa kekurangannya,” jelas Asrin mantap.

Sementara itu, Sekretaris Perbekel Adat Masidep, menghimbau kepada  Panitia secara keseluruhan agar segala sesuatunya dimusyawarahkan. ”Sekecil apapun masalah yang dihadapi, harus dirembuq, jangan sampai masing-masing anggota jalan sendiri-sendiri,” pinta Masidep.

Masidep juga memberikan arahannya, seputar tugas masing-masing panitia, baik pada waktu mulai acara sampai dengan selesainya acara. Termasuk juga siapa yang bertugas apa dan dimana dan melakukan apa. Semuanya dirinci dengan jelas.

Diakui Masidep bahwa,vKomposisi Panitia Maulid Adat tahun ini dibagi tiga yaitu Penanggung Jawab Umum; Tau Lokak Empat, Penanggung Jawab Pelaksana; Pembekel Adat dan Panitia Pelaksana; Asrin (Upik).

Panitia yang terlibat pada pelaksanaan Maulid Adat tahun ini, menurut Asrin, dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat yang tegabung dalam Kelompok Bajang dari masing-masing dusun yang ada di wet Sesait, (Pendua, Sesait, Kayangan dan Santong Asli).

”Keanggotaan Panitia Pelaksana Maulid Adat kali ini, kita libatkan semua kelompok bajang dan elemen masyarakat yang ada di wet Sesait,” jelas Asrin.

Ketika ditanya seputar keikutsertaannya pada tahun-tahun sebelumnya, Asrin mengaku bahwa dirinya pernah dilibatkan dalam panitia, namun tidak difungsikan sebagaimana layaknya panitia.



Pada kesempatan itu, Asrin juga melaporkan kepada Perbekel Adat tentang rangkaian pelaksanaan ritual prosesi Maulid Adat. Mulai dari Menguluh hingga berakhirnya proses pelaksanaan Maulid Adat. (Eko)

Rangkaian Prosesi Ritual Maulid Adat di Wet Sesait

Sesait, Lombok Utara - ”Pelaksanaan prosesi ritual Maulid Adat di wet Sesait di laksanakan selama empat hari dan rangkaian acaranya dimulai dengan Bau Praja Nina atau Praja Mulud (mencari/menangkap anak perempuan yang belum aqil baliq sebagai simbol kesucian) untuk Menutu Pare Bulu (menumbuk padi yang berbulu sampai menjadi beras).

Praja Nina ini ditempatkan dirumah yang sudah disiapkan disekitar Kampu, mulai tinggal sejak ditangkap sampai berakhirnya ritual prosesi Maulid Adat.

Setelah  itu dilanjutkan  Menguluh yaitu mengambil Pare Bulu (padi yang berbulu) dari Sambi (lumbung) pada hari Senin (14/02/2011),” beber Asrin dengan rinci.

”Hari kedua,( lanjut Asrin), adalah Menutu Pare (Selasa) dan unggun (kulit padi) dibuang ke Lokok kremean dirangkaikan dengan mandi Praja Mulud. Setelah itu dilanjutkan dengan Pembuatan Jaja Pangan (Jajan sejenis wajik) dan air untuk membuatnya diambilkan dari Lokok Paok. Menjelang Magrib, Gong Gambelan (Gong Dua) diturunkan,”urai Asrin.

”Selanjutnya, hari ketiga (Rabu) tambah Asrin, yaitu acara Merembun (mengumpulkan) beras bagi Ina Bapu (sebutan bagi kaum hawa/ibu-ibu dan nenek-nenek) sekaligus juga waktu untuk membuat jajan selain pangan. Menjelang sore hari akan dilakukan persiapan Memajang atau Ngengelat yang akan dilaksanakan setelah sholat Asyar berjamaah sampai menjelang waktu sholat Magrib dan Isya di Mesjid Kuno,”cerita Asrin.

”Ritual Memajang merupakan ritual pertama sebagai pembuka pelaksanaan ritual-ritual lainnya.Adapun makna dari ritual Memajang adalah sebagai simbol persamaan dan kesetaraan umat Manusia sebagai makhluk citaan Allah Swt,”lanjut Asrin.

Asrin menambahkan bahwa setelah selesai Memajang yang dilakukan oleh Tau Lokok Empat ( Mangkubumi,Penghulu,Pemusungan dan Jintaka), dilanjutkan dengan sholat Magrib dan Isya. Ini semua dilaksanakan di Mesjid Kuno.

Kegiatan berikutnya yang dilaksankan di halaman Mesjid Kuno adalah Semetian (Perisian) yaitu saling pukul menggunakan Penjalin (rotan) yang masing-masing bertameng. Acara semetian harus diawali oleh Pepadu (Jagoan) Nina Sik Wah Supuk (perempuan uzur yang sudah monopaus), barulah Pepadu Mama boleh bertarung sampai tengah malam.

Adapun  acara puncak prosesi ritual Maulid Nabi Besar Muhammad Saw (lanjut Asrin) yang dikemas secara adat dilaksanakan pada hari keempat (Kamis), yaitu keesokan harinya setelah Memajang dan Semetian dilakukan.

Rangkaian ritual pada acara puncak tersebut, diawali dengan ritual Bisok Beras (cuci beras) dipagi harinya ke Lokok Kremean (diyakini sebagai tempat pemandian bidadari dan orang-orang suci). Cuci beras ini dilakukan oleh kaum hawa (baik yang masih gadis maupun yang sudah berkeluarga), dengan di Abih (diapit) baris tiga oleh  kaum laki-laki (barisan Nina ditengah diapit barisan Mama).

Ba’da Zhohor, acara dilanjutkan dengan Berkurban dengan menyembelih Kerbau (Sembeleh Kok) yang ukuran,umur dan bobot sudah menjadi ketentuan para leluhur (Kok Kembalik Pokon). Sementara di dalam Kampu, pada saat yang bersamaan, Nasi Aji (yang akan dibawa ke Mesjid Kuno) dan Payung Agung (nanti ditempatkan dipintu masuk Mesjid Kuno) juga dipersiapkan. Persiapan ini tidak sembarang orang yang mengerjakannya, harus berdasarkan Purusa (garis keturunan).

Setelah berkurban (Sembeleh Kok), dilanjutkan dengan Mbau Praja Mama dengan cara mengejar dan menangkap setiap laki-laki yang belum aqil baliq sebanyak tiga orang yang akan dijadikan putra Mahkota, untuk disandingkan dengan Praja Nina (yang sudah terpilih pada hari pertama saat menutu pare bulu) sebagai Praja Mulud (sepasang putra-putri mahkota).

Praja Mulud bertugas sebagai penjaga pintu Mesjid Kuno dengan membawa Payung Agung dan menjaganya dari sentuhan orang lain yang melewati pintu Mesjid Kuno. Jika Payung  Praja Mulud (Payung Agung) disentuh orang lain, maka diberi sanksi yaitu dipukul menggunakan Pemecut (Penjalin yang diberi tali) oleh Praja Mulud.

Menjelang sore hari pada hari terakhir dari ritual Maulid Adat di wet Sesait ini, kemudian dilanjutkan dengan Naikang Dulang Nasi Aji (dulang yang berkaki satu yang dikhususkan bagi Tau Lokak Empat; Pemusungan, Mangkubumi,Penghulu dan Jintaka).

”Waktu Naikang Nasi Aji ke Mesjid Kuno ini, diyakini yaitu pada waktu Gugur Kembang Waru ( waktu menjelang Magrib). Prosesi ritualpun berakhir dan ditutup dengan Do’a oleh Penghulu Adat,”jelas Asrin.(Eko).

Wakil Bupati KLU Hadiri Prosesi Awal Maulid Adat Sesait

SESAIT KLU- Seperti biasa, ditahun-tahun sebelumnya, datangnya bulan maulid tahun ini juga di ikuti oleh digelarnya prosesi Maulid Adat di beberapa wet adat yang terdapat di Kabupaten Lombok Utara, seperti pembukaan prosesi Maulid Adat yang digelar di Wet Sesait.

Kegiatan pembukaan prosesi Maulid Adat wet Sesait ini, dihadiri dan diikuti langsung oleh Wakil Bupati KLU beserta beberapa pejabat Pemda KLU. Acara yang dimulai tepat pukul 16 : 00 wita, yang di dahului sholat Asar berjamaah di Musholla Kampu Sesait. Para tamu undangan dengan didampingi Tau Lokak Empat beriringan menuju tempat acara dilaksanakan (Mesjid Kuno) dan prosesi ini berjalan sacral dan meriah.

Nampak rombongan iring-iringan pemuda-pemudi dari berbagai dusun di wilayah wet Sesait, berjalan menuju pusat lokasi digelarnya perayaan awal prosesi maulid adat yang terletak di dalam perkampungan Sesait.

Dengan membawa berbagai macam hasil pertanian, yang dihajatkan sebagai bahan untuk masakan dalam pelaksanaan hari puncak yang jatuh pada hari kamis besok, para muda-mudi ini perlahan memasuki area penyimpanan berbagai barang bawaan, ke sebuah tempat yang disebut kampu.

Sementara dalam sambutannya di Mesjid Kuno Sesait, Wakil Bupati KLU, H, Najmul Ahyar, mengatakan, bahwa perayaan Maulid Adat ini adalah salah satu tradisi budaya yang patut dilestarikan. Sehingga kalau adat dan agama dijadikan bersinergi dalam kehidupan sehari-hari dari setiap manusia, maka inilah yang dikatakan adat luwir gama.

“Agama dan adat tidak bisa dipisahkan dan harus sejalan dan saling beriringan,” ungkapnya di hadapan para tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat wet Sesait.

Lebih lanjut dijelaskannya, prosesi Maulid Adat ini, diharapkan dapat memberikan transpormasi nilai-nilai agama agar dapat diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara, tokoh adat Sesait, Djekat, dihadapan para undangan dan masyarakat Sesait mengatakan, hari ini adalah prosesi awal yang dilakukan masyarakat adat wet sesait, dimana masyarakat berbondong –bondong datang ke Kampu membawa berbagai macam barang berupa kayu uyunan, beras, puntik, lekok-buak, tembakau secukupnya serta hasil bumi lainnya, yang oleh masyarakat Sesait dinamakan merembun (mengumpulkan).

“Merembun adalah prosesi awal maulid adat, dimana masyarakat datang dengan membawa berbagai barang bawaan, baik yang bersipat material ataupun hasil bumi,”ungkap Djekat.

Rangkaian prosesi Maulid Adat ini akan terus berlangsung hingga hari kamis. Adapun rangkaian prosesi lanjutan yang akan dilakukan hingga hari ini adalah peresean dan bisoq menik (cuci beras) di sebuah sungai yang memang di sakralkan dari jaman dahulu hingga saat ini. Selanjutnya disusul dengan penyembelihan dua ekor kerbau didepan pintu Mesjid Kuno Sesait. Dan prosesi ritual Maulid Adat Sesait akan berakhir setelah dulang Nasi Aji diturunkan dari Mesjid Kuno.(Eko).

Sabtu, 12 Februari 2011

Panitia Maulid Adat Lakukan Evaluasi

Kayangan,Lombok Utara - Baru-baru ini, Panitia Maulid Adat Sesait, adakan evaluasi tahap akhir di Kampu (09/02/2011).

Hadir dalam acara ini, disamping panitia inti, juga dihadiri Pemusungan,Tau Lokak Empat, Pengurus Perbekel Adat, para Keliang dan undangan lainnya.

Agenda yang dibahas kali ini, menurut Ketua Panitia Asrin, adalah evaluasi secara keseluruhan persiapan panitia.

Dikatakan Asrin bahwa, persiapan panitia menjelang pelaksanaan hari ’H’ hingga saat ini  hampir 80 %. Mulai dari persiapan pembenahan lokasi Kampu,Lokok Kremean, renovasi Mesjid Kuno,  dan bahan-bahan material lainnya. ”Semuanya sudah siap,”jelas Asrin mantap.

Namun diakui Asrin, hanya beberapa poin saja yang masih belum rampung. Misalnya, katanya, hanya alat – alat Tameng (Perisai) dan Penjalin (rotan) sebagai alat pemukul yang belum terkumpul.”Mudah-mudahan pada saatnya nanti, persiapan kita sudah rampung,”katanya.

Untuk menunjang suksesnya pelaksanaan Maulid Adat ini, Asrin juga menyatakan bahwa, banyak hal yang sudah dilakukannya. Diantaranya gotong royong di Lokok Kremean (tempat cuci beras dalam prosesi Maulid Adat), gotong royong di lokasi acara puncak (Kampu dan Mesjid Kuno).

Disamping itu, lanjut Asrin, juga dilakukan sosialisasi tentang pelaksanaan Maulid Adat. Seperti himbauan melalui Kepala Desa,Kepala

Dusun yang ada di wet Sesait,Santong,Pendua dan Kayangan. Juga kata Asrin, sosialisasi melalui selebaran, baliho, pamflet, radio dan internet.

Sekretaris Perbekel Adat Sesait Masidep, juga berpesan kepada para pemuda yang ada di wet Sesait untuk sama-sama menyukseskan gawe beleq (Maulid Adat..red) ini.
”Mari kita sebagai generasi muda di wet ini, kita sukseskan program gawe beleq ini, jangan kita jadi tamu tapi kitalah yang melayani tamu,”himbau Masidep.

Sementara itu, Pemusungan Sesait Murdan, dalam arahannya memaparkan bahwa, dalam prosesi maulid adat ini, bukan hanya ritualnya saja yang tonjolkan, tetapi lebih pada ajang silaturrahmi para pemuda yang ada di wet Sesait. Sehingga kedepan, para pemuda diharapkan mampu melestarikan adat budaya yang ada di wet Sesait.

Pada kesempatan itu, Murdan juga menjelaskan tentang keberadaan Tau Lokak Empat yang ada di wet Sesait. ”Tau Lokak Empat menurut Murdan, beda dengan istilah yang digunakan di Bayan. Sedangkan Sesait ada kemiripan dengan sebutan yang ada di Kraton Yogyakarta,”beber Murdan.

”Yang mirip sebutan itu adalah Mangkubumi, Penghulu, Pemusungan dan Jintaka. Inilah yang disebut Tau Lokak Empat,”jelasnya. (Eko)

 

Selasa, 08 Februari 2011

Jelang Maulid Adat, Panitia Sibuk

Kayangan, Lombok Utara - Panitia Penyelenggara Maulid Adat di Wet Sesait beberapa waktu lalu mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Mulai dari perbaikan sarana prasarana pendukung, seperti membersihkan Kampu (rumah adat), memugar Mesjid Kuno sesait, dan mempersiapkan Lokok Kremean.
Menurut Ketua Penyelenggara Asrin, ketika ditemui usai melakukan gotong-royong di Mesjid Kuno Sesait, bahwa pelaksanaan Maulid Adat tersebut, rencananya akan berlangsung  tanggal 17 Februari 2011 mendatang. Asrin, juga menjelaskan bahwa acara Maulid Adat ini akan dilaksanakan secara besar-besaran, selain melibatkan seluruh masyarakat Wet Sesait,  juga akan dihadiri pihak pemerintah maupun swasta. ”Mudah – mudahan, acara ini bisa dilaksanakan sesuai rencana,” katanya.
.
Sementara itu, Pemusungan Sesait Murdan, menyatakan  bahwa kegiatan gotong-royong yang dilakukan di sekitar situs Sesait ini, lumrah dilakukan oleh masyarakat menjelang pelaksanaan hari-hari besar. Kegiatan semacam ini merupakan refleksi semua pihak yang peduli terhadap upaya melestarikan nilai-nilai kearifan lokal yang dipandang relevan dengan konteks kekinian.

Menurut kalender masyarakat adat wet Sesait dengan perhitungan Jango Bangar, jelas Murdan bahwa, prosesi Maulid Adat Nabi Besar Muhammad Saw, akan dilaksanakan pada tanggal 14 bulan 10 tahun Wau atau bertepatan dengan tanggal 17 Februari 2011 tahun Masehi.

Murdan juga berharap, demi suksesnya kegiatan maulid adat di wet Sesait ini, semoga semua pihak turut serta dan mendukung kegiatan dimaksud. (Eko)

Tapak Tilas Situs Sesait

Kayangan, Lombok Utara - Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap kelompok umat manusia atau setiap komunitas memiliki perjalanan sejarah dan asal-usul tersendiri yang menjadi latar belakang kehidupannya.
Hal ini terungkap, ketika para pemuda Sesait yang tegabung dalam wadah Himpunan Pemuda Pencari Situs Sesait (HPPSS), awal Februari 2011 lalu,  mengadakan Tapak Tilas dalam mencari dan menemukan situs-situs Sesait yang sebagian besar tersebar di dua wilayah  Kecamatan yaitu Kecamatan Bayan dan Kecamatan Kayangan.

Menurut Ketua HPPSS Hamdan Wadi, bahwa kegiatan pencarian situs sejarah sesait ini adalah sebagai bentuk kepeduliannya terhadap peninggalan sejarah khususnya sejarah sesait.”Selama ini, belum ada yang mengawali pencarian situs sejarah sesait, sehingga kami berkeinginan bersama teman-teman untuk mencari dan menemukan kembali situs-situs sejarah sesait yang selama ini masih terpendam,” jelas Hamdan.

HPPSS dalam menjalankan misi suci ini, didukung oleh Pembekel Adat Wet Sesait (PAWS). Melalui Ketuanya A. Suniarni Degoh, telah memberikan support terhadap HPPSS untuk terus bekerja mencari dan menemukan situs–situs sejarah Sesait yang tersebar di wilayah Lombok Utara. Sehingga dengan bermodal nekad, HPPSS telah berhasil menemukan beberapa situs yang masih ada sampai sekarang. Diantaranya adalah situs Batu Gajah, situs Tapak Kaki, situs Kubur Setinggi, situs Semboya, situs Lokok Kremean, situs Kubur Beleq dan beberapa situs lainnya.

Menurut Sekretaris Umum Pembekel Adat Wet Sesait Masidep bahwa, kegiatan yang dilakukan oleh HPPSS ini adalah selain untuk menginventarisasi peninggalan sejarah Sesait, juga sebagai refleksi sejarah penyebaran agama Islam di Gumi Sesait. (Eko)

Rabu, 26 Januari 2011

Maulid Adat Wahana Perekat Komunitas Bayan

Lombok Utara - Setiap memasuki bulan Rabiul Awal, hampir semua jama’ah masjid dan musalla di Pulau Lombok memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. yang dikenal dengan sebutan “Maulid Nabi”. Berbagai kegiatan keagamaanpun digelar, yang pada puncak acaranya diisi dengan ceramah dari para ulama atau ustazd.

Namun suasana yang sedikit berbeda adalah peringatan maulid secara adat wetu telu yang dilaksanakan oleh komunitas adat Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Kegiatan yang diawali dengan acara menutu pare oleh para perempuan adat, juga pada malam 15 Rabiul awal diisi dengan acara tradisional yaitu “Perisaian” dan diakhiri dengan acara puncak mengiring praja mulud ke masjid kuno Bayan.

Dalam kegiatan ritual maulid adat, semua komunitas ikut berpartisipasi dan saling bahu membahu memberikan sesuatu sekemampuannya untuk prosesi adat. Ada yang menymbang kambing, ayam dan lainnya untuk dipotong pada puncak acara. Maulid adat inilah sebagai wahana perekat komunitas yang ada di Kecamatan Bayan.

Seandainya ada persoalan, semuanya akan dilupakan oleh para tokoh adat baik yang berasal dari Desa Bayan, Karang Bajo, Loloan, Sukadana maupun dari desa-desa lainnya. Karena pada peringatan mauli d adat ini, mereka menyatu dalam proses ritualnya. “Antar tokoh adat Karang Bajo, Bayan, Loloan maupun dari desa lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan”, kata H. Amir Itrawati pada sebuah kesempatan.

Dalam pelaksanaan ritual adat,lanjut H. Amir para pemangku, mak lokak dan tokoh adat di Bayan tidak bisa berdiri sendiri, lebih-lebih pada pelaksanaan maulid adat semua komunitas adat harus terlibat. “Dan bila ada perbedaan pendapat maka semuanya bisa diselesaikan melalui gundem (pertemuan) di Bencingah Bayan Agung”, katanya.

Datu Artadi, salah seorang tokoh adat Lombok Utara menyebutkan, bahwa Bayan merupakan pusat adat dan budaya yang pada zaman dahulu merupakan salah satu nama kerajaan yang terkenal di Pulau Lombok, dan di Bayan inilah pusat pemerintahan paer daya. “Jadi jika bicara adat di Lombok Utara tentu kita akan lebih dulu bicara tentang Bayan”, kata tokoh setengah baya ini.

Dalam acara ritual maulid adat, menurut Datu Artadi, semua prosesnya memiliki makna secara filosofis, seperti perisaian yang dilaksanakan pada malam tanggal 15 Rabiul Awal di halaman beberapa masjid kuno yang ada di Lombok Utara itu menandakan, bahwa bagaimana Rasulullah Saw. menggembleng umatnya untuk mengahadapi perang Badar dan Uhud. “Jadi semua yang dilakukan pada mauled adat Bayan itu memiliki makna secara filosofis”, tegasnya.

Memang, timpal salah seorang tokoh dari Desa Sesait Kecamatan Kayangan, kita yang berasal dari Dayan Gunung seringkali dikatakan ketinggalan jaman oleh orang luar, tanpa mau mempelajari apa makna dari prosesi adat yang kita laksanakan.

Maulid adat pada tahun 2011 ini akan diselenggarakan pada 18-19 Februari mendatang yang dipusatkan di masjid kuno Bayan. Kendati demikian, kesibukan komunitas adat, sudah mulai tampak sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad Saw yang akan dilaksanakan secara adat.

Satu hal yang tetap dipegang teguh oleh komunitas adat dalam melaksanakan berbagai ritual adat, yaitu ringan sama dijinjing dan berat sama dipikul. Artinya berapapun biaya proses ritual adat, bila bersama-sama akan menjadi ringan, sehingga dalam menyumbangkan sesuatu untuk kepentingan adat, mereka tidak pernah berhitung secara matematika. Dapat dikatakan bahwa maulid adat Bayan dan ritual adat lainya sebagai wahana perekat komunitas Dayan Gunung. ( Sumber : Primadona )

Kamis, 06 Januari 2011

HUT Bajang Patuh Lokok Sutrang Berlangsung Semarak


Kayangan, Lombok Utara - Semarak Hari Ulang Tahun Bajang Patuh  kedua tahun 2011 ini, boleh dibilang agak unik. Pasalnya, pada perayaan kali ini ditandai dengan munculnya kembali kesenian yang sempat ’hit’ di tahun lima puluhan hingga tahun delapan puluhan. Namun kesenian yang dicoba dimunculkan kembali ini, menurut ketua panitia Asiawadi dalam laporannya tidak dalam cerita sesungguhnya.”Kesenian yang coba kami munculkan kembali ini, diantaranya Cupak Gurantang dan Tari Sireh. Tapi dalam  penampilannya tidak dalam cerita sesungguhnya. Sebab, disamping kesenian ini baru muncul dan masih dalam tahap pembelajaran, juga para penarinya masih pemula,” ungkap Asiawadi. "Selain itu, pada HUT Bajang Patuh kedua ini, juga akan ditampilkan tiga kelompok dancer's dari gadis-gadis belia anggota Bajang Patuh," tambahnya.

Dilaporkan juga bahwa, ”dana yang terserap dalam rangka persiapan HUT Bajang Patuh kedua ini sejumlah Rp.1.576.000,- Sumber dana ini adalah dari para donatur dan pemerintah setempat,” jelas Asiawadi.

Hadir dalam HUT Bajang Patuh kedua, tanggal 1 Januari 2011 ini, Pemusungan Sesait, Kepala Dusun Lokok Sutrang, para perwakilan kelompok bajang se Desa Sesait, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan para undangan lainnya.

Sementara itu, Ketua Bajang Patuh Dusun Lokok Sutrang, Zaenul Hadi, dalam sambutannya memaparkan tentang kegiatan-kegiatan yang pernah dilaksanakan selama tahun 2010 yang lalu, diantaranya adalah penanaman pohon pelindung disepanjang jalan Dusun Lokok Sutrang, penghijauan tanah pekuburan Dusun Lokok Sutrang, membersihkan  tempat ibadah, pemasangan vapling blok jalan lingkar Dusun Lokok Sutrang, dan lain sebagainya. ”Ini merupakan bentuk kepedulian kami terhadap lingkungan, karena tema kita pada HUT Bajang Patuh kedua ini adalah peduli lingkungan,” jelas Zaenul Hadi penuh semangat.

Ditambahkannya bahwa,” kegiatan yang telah kami lakukan ini, tentunya tidak akan berhasil tanpa dukungan dari pemerintah maupun dari seluruh lapisan masyarakat Dusun Lokok Sutrang, didalam menanam, menjaga, merawat dan memeliharanya,” ungkapnya.

Untuk itu Zaenul Hadi juga minta kepada pemerintah setempat dan seluruh elemen masyarakat Dusun Lokok Sutrang, agar apa yang telah diprogramkan oleh Bajang Patuh mendatang, didukung sepenuhnya. ”Kami hanya minta dukungan saja dari pemerintah maupun tokoh masyarakat atau agama, untuk mendukung program kami dimasa mendatang, karena tanpa dukungannya, mustahil program yang sudah kami buat bisa sukses,” harapnya.

Ditempat yang sama, Akhmad Syamsudin, S.Pd selaku tokoh masyarakat Dusun Lokok Sutrang, dalam sambutannya berpesan kepada Bajang Patuh bahwa hidup di zaman globalisasi ini, setidaknya harus memiliki 4 (empat) pola hidup cerdas, yaitu Cerdas Spiritual, Cerdas Emosional dan Sosial, Cerdas Intelektual serta Cerdas Kinestetis. ”Kalau Bajang Patuh bisa menerapkan empat pola hidup cerdas ini, saya yakin bahwa apa saja yang diprogramkan oleh Bajang Patuh kedepan, insya Allah pasti bisa berjalan dengan baik, dan tentunya kita akan menjadi orang yang patuh, baik kepada pemimpin, pada orang tua serta patuh juga dalam melaksanakan ajaran agama,” jelasnya dengan penuh keyakinan.

Ditempat terpisah Sekretaris Bajang Patuh Akhmadi mengemukakan bahwa, dimasa mendatang akan mencoba menerapkan empat pola hidup cerdas, sebagaimana yang diharapkan pada HUT Bajang Patuh kali ini. ”Kita akan mencobanya dimasa mendatang,” tegas Akhmadi singkat dengan penuh semangat. (ndr)





































Link