Senin, 10 Februari 2014

Menderita Tumor, Nasir Butuh Perhatian Pemerintah

Kayangan,(Gema Pantura FM),-- Adalah Nasir (47) warga Dusun Sumur Pande Tengah Desa Sesait Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara, merupakan penderita Tumor sudah puluhan tahun di deritanya.Tumor yang bercokol di paha kaki kanannya tersebut hingga saat ini besarnya seperti sarang lebah bergelantungan.
Nasir yang sudah memiliki keturunan 2 orang asal Suradadi Lombok Timur ini mengaku mulai tinggal di Sumur Pande Tengah Desa Sesait yang terkenal dengan motto Merenten itu sejak tahun 1989, dengan alasan ikut istri yang juga keponakan salah seorang politisi partai Golkar DPRD KLU Djekat.

Nasir menuturkan, penyakit yang di deritanya sejak puluhan tahun silam itu, menurut keterangan dokter spesialis tulang di kota Mataram, ketika memeriksakan diri tahun 2009 lalu, oleh dokter dinyatakan bahwa dirinya mengidap penyakit tumor. Lalu ia disarankan merujuknya ke Surabaya. Karena terbentur masalah tidak ada biaya, katanya, dirinya lebih memilih untuk tidak berangkat.Akhirnya hingga saat ini, ia hanya pasrah saja menerima nasibnya.

Selanjutnya Nasir bertutur hal ihwal penyakit tumor yang menimpa dirinya. Berawal dari Malaysia, ketika pulang kerja biasanya naik mobil. Saat itu hari sedang hujan lebat. Ketika turun dari mobil mereka langsung lari berebutan dengan teman-temannya. Nah saat itulah (2004) nasib malang menimpanya, Nasir terjatuh sehingga mengakibatkan mangkok tulang lututnya terlepas. Kemudian dibawa ke rumah sakit (hospital) .Oleh dokter di Malaysia, katanya harus di potong kakinya.Tapi Nasir tidak mau, lantas minta di pulangkan saja ke Indonesia.

Diceritakannya, walau dalam keadaan sakit yang serius, dirinya terus di pulangkan ke Negara asalnya Indonesia. Di Indonesia pun perawatan di lanjutkan dengan merujuk ke Klinik Biomedikal Mataram. Oleh pihak Klinik tersebut menyarankan agar merujuk ke Surabaya. “Lagi-lagi masalah biaya yang menjadi kendala sehingga batal di rujuk ke Surabaya,”urai Nasir.

Awalnya penyakit yang diderita Nasir biasa saja tidak ada cirri-ciri akan membesar seperti sekarang hingga mencapai diameter 90 cm.Sebenarnya dia mengaku tidak bisa bangun dan beranjak dari tempat tidurnya, tapi karena semangatnya yang tinggi untuk tetap bertahan hidup, maka hal itu tetap dilakukannya setiap hari. Lebih-lebih dirinya adalah satu-satunya tulang punggung keluarga yang menjadi harapan dan tumpuan keberlangsungan hidup menafkahi keluarganya.

Selama lebih puluhan tahun mengidap penyakit tumor yang dideritanya tersebut, Nasir terus berharap ada uluran tangan dari Pemerintah Daerah dalam hal ini kesehatan maupun dinas lainnya untuk membantu meringankan beban solusi nasib yang menimpa dirinya. Karena tidak ada kemampuan untuk berobat itulah sehingga keadaan penyakit tumor yang menyerang dirinya, mulai dari lutut hingga pangkal pahanya itu semakin lama semakin membesar dan keras seperti batu.

Namun yang patut di acungi jempol yang terdapat pada diri Nasir yang walaupun selama hampir 10 tahun lebih menanggung derita tumor tersebut adalah semangatnya yang tinggi untuk tetap bekerja menghidupi keluarganya dengan bermodalkan sebagai tukang jahit.

Diakuinya, selama ini dia hanya bisa pasrah menerima nasibnya, yang setiap hari hanya mampu tidur, bangun dan mendekam di kamar tidurnya.Sesekali ia keluar dan duduk di berugak saka empat miliknya dengan bantuan tongkat. Sehingga siapapun yang melihatnya pasti miris dan terharu.

Kepala Dusun Sumur Pande Tengah Sedim mengaku sangat sedih dan prihatin melihat penderitaan warganya yang hampir puluhan tahun ditimpa musibah tersebut.Sehingga Sedim yang sudah 2 periode menjabat ini berharap agar semua pihak terutama pemerintah daerah bisa membantu mencari jalan keluarnya.

Senada dengan Sedim, Waji Ahmad Sesait salah seorang keluarga terdekat Nasir juga berharap pemerintah daerah memperhatikan hal ini. Walau keadaan sakit seperti itu, Nasir memiliki dedikasi dan semangat tinggi untuk bekerja menghidupi keluarganya dengan menjahit. “Mohonlah Pemerintah Daerah terutama dinas terkait memperhatikan hal ini,”harapnya. (Eko)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link