Selasa, 14 Desember 2010

Ritual Pembersihan Pusaka di Prawira ‘’Disembeq’’ dengan Darah Kambing Bercampur Kelapa

Setiap lima tahun sekali keluarga R. Indra Jaya (almarhum) menyelenggarakan ritual penyiraman pusaka di Dusun Prawira, Desa Sokong, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara (KLU). Acara itu dihadiri keluarga dan kerabat bahkan dari pejabat instansi terkait. Ragam jenis pusaka dibersihkan dengan air bercampur jeruk nipis dan kelapa yang sudah diparut bercampur dengan darah kambing. Campuran darah kambing itu kemudian disembeq atau dioleskan pada tempat penampungan benda pusaka itu.

HAMPIR setiap hari wisatawan yang datang ke hotel The Oberoi dan hotel yang lain di Medana, Kecamatan Tanjung datang ke Dusun Prawira yang lokasinya tak jauh dari Medana. Di tempat ini tersimpan sejumlah pusaka atau benda peninggalan milik R. Indra Jaya (almarhum). Pusaka itu disimpan cukup rapi di sebuah tepat yang disebut cengan Bale Gede atau rumah besar.

Benda pusaka itu jumlahnya cukup banyak, diperkirakan berusia seratus tahun lebih. Seperti hotbah Jumat zaman dulu, lontar yang menceritakan sejarah berdirinya Desa Sokong tempo dulu. Juga kain tenun yang disebut dengan grantung, rambut wanita, sejumlah permata dan beberapa jenis pusaka yang masih tercimpan dengan rapi.

Satu persatu benda pusaka itu dikeluarkan dari kotak kayu ukuran panjang 30 cm dan lebar 20 cm. Benda itu kemudian dibersihkan oleh pemangku makem Desa Sokong H. Sukarti dengan air yang campur jeruk nipis, dengan dibantu sejumlah warga. Setelah itu pusaka tersebut dimamsukkan ke dalam pembungkusnya kemudian dioleskan dengan darah kambing bercampur dengan kelapa. Setelah dibersihkan semua pusaka itu lalu dipindahkan ke lemari kaca yang ukurnnya lebih besar dari kotak kayu itu.

‘’Setiap lima tahun sekali pusaka ini kita bersihkan. Ini sesuai yang dilakukan oleh leluhur kami. Keluarga takut tak menyadakan ritual ini,’’ tutur R. Mustiawan (56), mangku Dusun Prawira yang juga salah seorang keluarga R. Indra Jaya (almarhum), Senin (13//12) kemarin usai ritual itu berlangsung.

Keberadaan sejumlah pusaka di Prawira ternyata menjadi daya tarik bagi wisatawan luar negeri yang berkunjung ke Lombok Utara. Menurut Mustiawan mereka tertarik dengan pusaka itu karena usaianya rata-rata sudah seratus tahun lebih, selain itu ada beberapa pusaka yang memiliki daya tarik tersendiri. Seperti kain grantung, cukup banyak yang ingin membeli tapi tak diberikan.

Setiap membersihkan pusaka, katanya harus menyembelih kambing sebagai syarat yang berlaku sejak leluhurnya. Penetapan hari ritual tidak boleh sembarangan hanya pada Senin, Kamis atau Jumat. Di luar hari yang tiga ini pantang dilakukan ritual tersebut. Kendati banyak yang ingin membeli beberapa pusaka itu, keluarga R. Indra Jaya (almarhum) tetap mempertahankan.

Menurut Datu Tresna Bhakti benda pusaka ini harus tetap dilestarikan apalagi bisa dijadikan daya tarik bagi wisatawan luar negeri yang berkunjung ke Lombok Utara. ‘’Ini aset yang harus dilestarikan,’’jelasnya. (sam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link