Langkah-langkah Pembuatan Kisi-Kisi
Ada enam langkah yang harus dilewati ketika kita
akan menyusun instrumen evaluasi. Keenam langkah tersebut adalah:
1. Menentukan tujuan
dalam mengadakan evaluasi.
Tujuan di sini berorientasi
pada materi. Dan materi ini bergantung pada luasnya evaluasi yang dikehendaki. Seperti
misalnya: “ingin mengetahui seberapa jauh siswa telah mamahami sejarah
pendidikan pada masa klasik”. Dengan demikian tujuan ini mengarah kepada Standar
Kompetensi (BAB) atau kurikuler
2. Membatasi materi yang akan diteskan. Hal ini dilakukan agar dalam instrumen
tes tidak terdapat materi-materi di luar tujuan tes. Pembatasan ini
mengarah pada Kompetensi Dasar dari bab tertentu.
4. Menderetkan semua indikator
dalam tabel persiapan yang juga memuat aspek tingkah laku yang terkandung dalam
indikator. Tabel ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkah laku yang
dikehendaki, agar tidak terlewati.
Contoh tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup:
Indicator
|
Aspek
berpikir
|
|||
Ingatan
|
Pemahaman
|
Aplikasi
|
Ket
|
|
1. Siswa mampu menyebutkan kurikulum pendidikan
pada masa Rasulullah.
2. Siswa mampu
mendes-kripsikan metode pendidi kan pada masa Rasulullah.
3. Siswa mampu mendes-kripsikan sistem
adminis trasi pendidikan pada masa Rasulullah.
4. Siswa mampu menyebutkan lembaga pendidikan pada
masa Rasulullah
|
√
√
|
√
√
|
5.
Menyusun tabel spesifikasi yang
memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara
keduanya. Tabel ini disebut juga kisi-kisi,
blue print, lay-out.
6. Menuliskan butir-butir soal,
didasarkan atas TIK yang telah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku
yang dicakup.
Langkah-langkah
dalam membuat kisi-kisi Instrumen Evaluasi
1. Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan, kemudian
memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi. Contoh:
a) sejarah pendidikan
pada masa Rasulullah (2)
b) sejarah pendidikan
pada masa Khulafaur Rasyidin (3)
c) sejarah pendidikan
pada masa Bani Umaiyah (3)
d) sejarah pendidikan
pada masa Bani Abbasiyah (7)
Penentuan
imbangan bobot ini didasarkan pada perkiraan, dan bergantung pada luasnya
materi serta pentingnya untuk diteskan.
2. Memindahkan pokok-pokok
materi ke dalam tabel dan mengubah indeks (bobot) menjadi persentase. Sekaligus
ditentukan jenjang pengetahuan yang diliputi dalam tes.
Jenis materi
|
Proporsi
|
Jenjang
pengetahuan
|
Total
|
||
Ing
|
Pem
|
Aplks
|
|||
Sej.
pendidikan pada masa Rasul
Sej.
pendidikan pada masa KR
Sej.
pendidikan pada masa BU
Sej.
pendidikan pada masa BA
|
13%
20%
20%
47%
|
||||
Total
|
100%
|
3. Menentukan jumlah
soal (berdasarkan alokasi waktu yang tersedia dan bentuk soal yang akan
diberikan. Sebagai perkiraan, untuk mengerjakan 1 soal obyektif dibutuhkan
waktu 2 menit, dan 5 menit untuk soal essey) dan merinci
banyaknya butir soal untuk tiap-tiap pokok materi.
Jenis materi
|
Proporsi
|
Jenjang
pengetahuan
|
Total
|
||
Ing
|
Pem
|
Aplks
|
|||
Sej.
pendidikan pada masa Rasul
Sej.
pendidikan pada masa KR
Sej.
pendidikan pada masa BU
Sej.
pendidikan pada masa BA
|
13%
20%
20%
47%
|
5
8
8
19
|
|||
Total
|
100%
|
40
|
Sampai pada langkah ini, cara
yang ditempuh bagi setiap mapel sama.
Langkah berikutnya bergantung
pada homogenitas atau heterogenitas materi.
4. Jika materi homogen
(sama), misalnya dalam sub bab 1-4 untuk jenjang ingatan adalah sama-sama 50%,
pemahaman 30% dan aplikasi 20%, maka angka persentase bisa langsung ditulis di
bawah kata “Ing, Pem, Aplks”. Selanjutnya ditentukan jumlah butir soal bagi sub
bab dalam masing-masing jenjang. Caranya: persen (jenjang) dikalikan total soal
(di sebelah kanannya).
Jenis materi
|
Proporsi
|
Jenjang
Pengetahuan
|
Total
|
||
Ing (50%)
|
Pem (30%)
|
Aplks (20%)
|
|||
Sej.
pendidikan pada masa Rasul
Sej.
pendidikan pada masa KR
Sej.
pendidikan pada masa BU
Sej.
pendidikan pada masa BA
|
13%
20%
20%
47%
|
3
4
4
9
|
1
2
2
6
|
1
2
2
4
|
5
8
8
19
|
Total
|
100%
|
20
|
11
|
9
|
40
|
Tidak selamanya penjumlahan ini mendapatkan hasil yang tepat, sehingga
dianjurkan untuk membulatkan dan mereka-reka sehingga jumlah ke samping dan ke
bawah diperoleh total benar
5. Jika materi
heterogen, maka tidak perlu mencantumkan persentase bagi tiap-tiap jenjang
(tingkah laku). Penentuan persentase dilakukan dengan mendasarkan pada
banyaknya soal dan sifat bagi tiap-tiap pokok materi.
Jenis materi
|
Proporsi
|
Jenjang
Pengetahuan
|
Total
|
||
Ing
|
Pem
|
Aplks
|
|||
Sej.
pendidikan pada masa Rasul
Sej.
pendidikan pada masa KR
Sej.
pendidikan pada masa BU
Sej.
pendidikan pada masa BA
|
13%
20%
20%
47%
|
5
8
8
19
|
|||
Total
|
100%
|
40
|
Misalnya:
Untuk sub bab I: ingatan 50%, pemahaman 30% dan aplikasi 20%.
50
x
5 soal = 2,5 (3) soal
100
30
x
5 soal = 1,5 (1) soal
100
20
x
5 soal = 1 soal
100
Untuk sub bab II: ingatan 40%, pemahaman 40% dan aplikasi 20%.
40
x
8 soal = 3,2 (3) soal
100
40
x
8 soal = 3,2 (3) soal
100
20
x
8 soal = 1,6 (2) soal
100
Untuk sub bab III: ingatan
40%, pemahaman 40% dan aplikasi 20%.
40
x
8 soal = 3,2 (3) soal
100
40
x 8 soal = 3,2 (3) soal
100
20
x
8 soal = 1,6 (2) soal
100
Untuk sub bab IV: ingatan 40%, pemahaman 30% dan aplikasi 30%.
40
x
19 soal = 7,6 (8) soal
100
30
x
19 soal = 5,7 (6) soal
100
30
x 19 soal = 5,7 (5) soal
100
Jenis materi
|
Proporsi
|
Jenjang
Pengetahuan
|
Total
|
||
Ing
|
Pem
|
Aplks
|
|||
Sej.
pendidikan pada masa Rasul
Sej.
pendidikan pada masa KR
Sej.
pendidikan pada masa BU
Sej.
pendidikan pada masa BA
|
13%
20%
20%
47%
|
3
3
3
8
|
1
3
3
6
|
1
2
2
5
|
5
8
8
19
|
Total
|
100%
|
17
|
13
|
10
|
40
|
Menentukan bentuk soal
Ada dua hal yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam menentukan bentuk soal:
- alokasi waktu
- sifat materi yang dites
Berkaitan dengan waktu, bentuk soal B-S
membutuhkan waktu lebih singkat daripada Multiple Choise (MC). Soal MC
membutuhkan waktu lebih singkat daripada maching. Dan untuk uraian waktu yang
dibutuhkan jauh lebih banyak dari bentuk obyektif. Sifat materi juga menentukan
bentuk soal.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi
aspek berpikir adalah sbb:
1. Mendaftar fakta-fakta,
istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi yang diajarkan. Kita
mengetahui bahwa fakta dan lain-lain ini berhubungan dengan aspek ingatan.
2. Mendaftar setiap konsep
(pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi. Konsep ini diukur
penguasaannya berdasarkan aspek pemahaman siswa.
3. Mencari hubungan
antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan konsep ini
berhubungan dengan aspek pemahaman sekaligus aplikasi.
4. Mempertentangkan
konsep-konsep, mengeneralisasikan dan menghubungkan konsep dengan masalah
kehidupan sehari-hari. Ini berhubungan dengan aspek aplikasi.
5. Memilih hubungan
antara beberapa konsep dalam penerapan ke dalam permasalahan yang lebih luas.
Kasus permasalahan yang luas dapat diangkat sebagai pokok untuk menyusun soal
bentuk analisi, sintesis,
dan evaluasi.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi
konstruk soal, yaitu bentuk obyektif dan uraian, dapat dilakukan sbb:
1. Memilih fakta-fakta
tunggal seperti: tahun, nama, atau istilah. Hal-hal seperti merupakan bagian
paling tepat untuk dijadikan butir soal bentuk B-S ataupun isian singkat.
2. Hubungan
konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan dirensiasi ditentukan untuk
membuat soal bentuk pilihan ganda. Definisi atau hubungan sebab akibat,
merupakan bahan yang dapat diuji dengan bentuk B-S, MC maupun hubungan antarhal
(hubungan sebab-akibat)
3. Memilih konsep-konsep
yang agak komplek sifatnya, untuk dijadikan soal bentuk uraian.
Menyusun Instrumen Evaluasi
1. Soal pengetahuan /
ingatan
Tingkat kemampuan yang hanya
meminta testee untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta atau
istilah-istilah, tanpa harus mengerti, dapat menilai atau dapat menggunakan. Testee hanya dituntut untuk menyebutkan
kembali. Kata kerja operasionalnya: menyebutkan, menunjukkan, mengenal,
mengingat kembali, menerjemahkan dan lain-lain. Jenjang ini mutlak untuk siswa
SD kelas I – IV. Kelas yang lebih tinggi hendaknya menggunakan jenjang yang
lebih tingi pula dengan disesuaikan pada kemampuan anak. Bentuk tes yang
sesuai dengan jenjang ini adalah completion, fill in (isian), true-false
2. Pemahaman.
Tingkat kemampuan yang
mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep dan lain-lain. Testee tidak
hanya sekedar hafal secara verbalistis. Kata kerja operasionalnya:
membandingkan, membedakan, memberikan contoh, menginterpretasikan,
memperkirakan, mengambil kesimpulan.
3. Aplikasi.
Tingkat kemampuan yang
menuntut testee mampu menerapkan atau menggunakan pengetahuannya dalam situasi
yang baru. Kata kerja opersionalnya: menggunakan, menerapkan, menyusun,
menghubungkan, memilih, mengklasifikasikan, mengubah struktur. Jenjang aplikasi
lebih tepat untuk bentuk soal essay
4. Analisis.
Tingkat kemampuan yang
menuntut testee mampu menganalisis atau menguraikan suatu integritas ke dalam
komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya. Seperti kemampuan untuk
memahami dan menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerjanya
sesuatu. Kata kerja
operasionalnya: membedakan, menemukan, mengklasifikasikan, membanding kan dan lain-lain.
5. Sintesis
Tingkat kemampuan yang menuntut
testee dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu. Berpikir sintesis
merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Kata kerja
operasionalnya: menghubungkan, menghasilkan, mengembangkan, menggabungkan,
mengklasifikasikan, menyimpulkan.
6. Evaluasi
Tingkat kemampuan yang menuntut
testee dapat memberikan penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi dan
lain-lain. Kata kerja operasionalnya: menafsirkan, menilai, membandingkan,
memutuskan, menentukan dan lain-lain.