Minggu, 01 April 2018

Penyusunan Instrumen Evaluasi Mapel PAI

Langkah-langkah Pembuatan Kisi-Kisi

Ada enam langkah yang harus dilewati ketika kita akan menyusun instrumen evaluasi. Keenam langkah tersebut adalah:
1.      Menentukan tujuan dalam mengadakan evaluasi.
Tujuan di sini berorientasi pada materi. Dan materi ini bergantung pada luasnya evaluasi yang dikehendaki. Seperti misalnya: “ingin mengetahui seberapa jauh siswa telah mamahami sejarah pendidikan pada masa klasik”. Dengan demikian tujuan ini mengarah kepada Standar Kompetensi (BAB) atau kurikuler
2.   Membatasi materi yang akan diteskan. Hal ini dilakukan agar dalam instrumen tes tidak terdapat materi-materi di luar tujuan tes. Pembatasan ini mengarah pada Kompetensi Dasar dari bab tertentu.
3. Merumuskan Kompetensi Dasar. Sesuai dengan Kompetensi Dasar dari setiap pembahasan (dari tiap-tiap bahan). Seperti: 1) Siswa mampu menyebutkan kurikulum pendidikan yang berlaku pada masa Rasulullah. 2) Siswa mampu mendeskripsikan metode pendidikan pada masa Rasulullah. 3) Siswa mampu mendeskripsikan sistem administrasi pendidikan pada masa Rasulullah. 4) Siswa mampu menyebutkan lembaga pendidikan pada masa Rasulullah, dan lain-lain.
4.      Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang juga memuat aspek tingkah laku yang terkandung dalam indikator. Tabel ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.
Contoh tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup:
Indicator
Aspek berpikir
Ingatan
Pemahaman
Aplikasi
Ket
1.    Siswa mampu menyebutkan kurikulum pendidikan pada masa Rasulullah.
2. Siswa mampu mendes-kripsikan metode pendidi kan pada masa Rasulullah.
3. Siswa mampu mendes-kripsikan sistem adminis trasi pendidikan pada masa Rasulullah.
4.   Siswa mampu menyebutkan lembaga pendidikan pada masa Rasulullah
5.      Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara keduanya. Tabel ini disebut juga kisi-kisi,  blue print, lay-out.
6.    Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK yang telah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
Langkah-langkah dalam membuat kisi-kisi Instrumen Evaluasi
1.  Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan, kemudian memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi. Contoh:
a)      sejarah pendidikan pada masa Rasulullah                      (2)
b)      sejarah pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin       (3)
c)      sejarah pendidikan pada masa Bani Umaiyah               (3)
d)     sejarah pendidikan pada masa Bani Abbasiyah            (7)
Penentuan imbangan bobot ini didasarkan pada perkiraan, dan bergantung pada luasnya materi serta pentingnya untuk diteskan.
2.    Memindahkan pokok-pokok materi ke dalam tabel dan mengubah indeks (bobot) menjadi persentase. Sekaligus ditentukan jenjang pengetahuan yang diliputi dalam tes.
Jenis materi
Proporsi
Jenjang pengetahuan
Total
Ing
Pem
Aplks
Sej. pendidikan  pada masa Rasul
Sej. pendidikan pada masa KR
Sej. pendidikan pada masa BU
Sej. pendidikan pada masa BA
13%
20%
20%
47%
Total
100%
3.   Menentukan jumlah soal (berdasarkan alokasi waktu yang tersedia dan bentuk soal yang akan diberikan. Sebagai perkiraan, untuk mengerjakan 1 soal obyektif dibutuhkan waktu 2 menit, dan 5 menit untuk soal essey) dan merinci banyaknya butir soal untuk tiap-tiap pokok materi.
Jenis materi
Proporsi
Jenjang pengetahuan
Total
Ing
Pem
Aplks
Sej. pendidikan  pada masa Rasul
Sej. pendidikan pada masa KR
Sej. pendidikan pada masa BU
Sej. pendidikan pada masa BA
13%
20%
20%
47%
5
8
8
19
Total
100%
40
Sampai pada langkah ini, cara yang ditempuh bagi setiap mapel sama.
Langkah berikutnya bergantung pada homogenitas atau heterogenitas materi.
4.      Jika materi homogen (sama), misalnya dalam sub bab 1-4 untuk jenjang ingatan adalah sama-sama 50%, pemahaman 30% dan aplikasi 20%, maka angka persentase bisa langsung ditulis di bawah kata “Ing, Pem, Aplks”. Selanjutnya ditentukan jumlah butir soal bagi sub bab dalam masing-masing jenjang. Caranya: persen (jenjang) dikalikan total soal (di sebelah kanannya).
Jenis materi
Proporsi
Jenjang Pengetahuan
Total
Ing (50%)
Pem (30%)
Aplks (20%)
Sej. pendidikan  pada masa Rasul
Sej. pendidikan pada masa KR
Sej. pendidikan pada masa BU
Sej. pendidikan pada masa BA
13%
20%
20%
47%
3
4
4
9
1
2
2
6
1
2
2
4
5
8
8
19
Total
100%
20
11
9
40
Tidak selamanya penjumlahan ini mendapatkan hasil yang tepat, sehingga dianjurkan untuk membulatkan dan mereka-reka sehingga jumlah ke samping dan ke bawah diperoleh total benar
5.      Jika materi heterogen, maka tidak perlu mencantumkan persentase bagi tiap-tiap jenjang (tingkah laku). Penentuan persentase dilakukan dengan mendasarkan pada banyaknya soal dan sifat bagi tiap-tiap pokok materi.
Jenis materi
Proporsi
Jenjang Pengetahuan
Total
Ing
Pem
Aplks
Sej. pendidikan  pada masa Rasul
Sej. pendidikan pada masa KR
Sej. pendidikan pada masa BU
Sej. pendidikan pada masa BA
13%
20%
20%
47%
5
8
8
19
Total
100%
40
Misalnya:
Untuk sub bab I: ingatan 50%, pemahaman 30% dan aplikasi 20%.
50
x  5 soal = 2,5 (3) soal
  100 
30
x  5 soal = 1,5 (1) soal
  100 
20
x  5 soal = 1 soal
  100 
Untuk sub bab II: ingatan 40%, pemahaman 40% dan aplikasi 20%.
40
x  8 soal = 3,2 (3) soal
  100 
40
x  8 soal = 3,2 (3) soal
  100 
20
x  8 soal = 1,6 (2) soal
  100 
Untuk sub bab III: ingatan 40%, pemahaman 40% dan aplikasi 20%.
40
     x  8 soal = 3,2 (3) soal
  100 
40
     x  8 soal = 3,2 (3) soal
  100 
20
     x  8 soal = 1,6 (2) soal
  100 
Untuk sub bab IV: ingatan 40%, pemahaman 30% dan aplikasi 30%.
40
     x  19 soal = 7,6 (8) soal
  100 
30
         x  19 soal = 5,7 (6) soal
  100 
30
         x  19 soal = 5,7 (5) soal
   100 
Jenis materi
Proporsi
Jenjang Pengetahuan
Total
Ing
Pem
Aplks
Sej. pendidikan  pada masa Rasul
Sej. pendidikan pada masa KR
Sej. pendidikan pada masa BU
Sej. pendidikan pada masa BA
13%
20%
20%
47%
3
3
3
8
1
3
3
6
1
2
2
5
5
8
8
19
Total
100%
17
13
10
40
Menentukan bentuk soal
Ada dua hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan bentuk soal:
  1. alokasi waktu
  2. sifat materi yang dites
Berkaitan dengan waktu, bentuk soal B-S membutuhkan waktu lebih singkat daripada Multiple Choise (MC). Soal MC membutuhkan waktu lebih singkat daripada maching. Dan untuk uraian waktu yang dibutuhkan jauh lebih banyak dari bentuk obyektif. Sifat materi juga menentukan bentuk soal.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi aspek berpikir adalah sbb:
1.   Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi yang diajarkan. Kita mengetahui bahwa fakta dan lain-lain ini berhubungan dengan aspek ingatan.
2.  Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi. Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek pemahaman siswa.
3.  Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan konsep ini berhubungan dengan aspek pemahaman sekaligus aplikasi.
4. Mempertentangkan konsep-konsep, mengeneralisasikan dan menghubungkan konsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Ini berhubungan dengan aspek aplikasi. 
5.  Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan ke dalam permasalahan yang lebih luas. Kasus permasalahan yang luas dapat diangkat sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisi, sintesis, dan evaluasi.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi konstruk soal, yaitu bentuk obyektif dan uraian, dapat dilakukan sbb:
1.  Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama, atau istilah. Hal-hal seperti merupakan bagian paling tepat untuk dijadikan butir soal bentuk B-S ataupun isian singkat.
2.   Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan dirensiasi ditentukan untuk membuat soal bentuk pilihan ganda. Definisi atau hubungan sebab akibat, merupakan bahan yang dapat diuji dengan bentuk B-S, MC maupun hubungan antarhal (hubungan sebab-akibat)
3.  Memilih konsep-konsep yang agak komplek sifatnya, untuk dijadikan soal bentuk uraian.
Menyusun Instrumen Evaluasi
1.      Soal pengetahuan / ingatan
Tingkat kemampuan yang hanya meminta testee untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, tanpa harus mengerti, dapat menilai atau dapat menggunakan. Testee hanya dituntut untuk menyebutkan kembali. Kata kerja operasionalnya: menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali, menerjemahkan dan lain-lain. Jenjang ini mutlak untuk siswa SD kelas I – IV. Kelas yang lebih tinggi hendaknya menggunakan jenjang yang lebih tingi pula dengan disesuaikan pada kemampuan anak. Bentuk tes yang sesuai dengan jenjang ini adalah completion, fill in (isian), true-false
2.      Pemahaman.
Tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep dan lain-lain. Testee tidak hanya sekedar hafal secara verbalistis. Kata kerja operasionalnya: membandingkan, membedakan, memberikan contoh, menginterpretasikan, memperkirakan, mengambil kesimpulan. 
3.      Aplikasi.
Tingkat kemampuan yang menuntut testee mampu menerapkan atau menggunakan pengetahuannya dalam situasi yang baru. Kata kerja opersionalnya: menggunakan, menerapkan, menyusun, menghubungkan, memilih, mengklasifikasikan, mengubah struktur. Jenjang aplikasi lebih tepat untuk bentuk soal essay
4.      Analisis.
Tingkat kemampuan yang menuntut testee mampu menganalisis atau menguraikan suatu integritas ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya. Seperti kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu. Kata kerja operasionalnya: membedakan, menemukan, mengklasifikasikan, membanding kan dan lain-lain.
5.      Sintesis
Tingkat kemampuan yang menuntut testee dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Kata kerja operasionalnya: menghubungkan, menghasilkan, mengembangkan, menggabungkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan.
6.      Evaluasi
Tingkat kemampuan yang menuntut testee dapat memberikan penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi dan lain-lain. Kata kerja operasionalnya: menafsirkan, menilai, membandingkan, memutuskan, menentukan dan lain-lain.


Jumat, 09 Februari 2018

UPT Dikpora Kayangan, Bersama K3S Gelar Seleksi OSN dan Lomba Mapel

Sebagai wahana mengembangkan bakat dan minat, intelektual, kreatif dan inovatif serta berkarakter, UPT Dikpora Kayangan bekerja sama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Kayangan, kabupaten Lombok Utara, menggelar seleksi Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan Lomba Mata Pelajaran ( Mapel ).

Seleksi OSN dan Lomba Mata Pelajaran tersebut akan berlangsung di SD Negeri 1 Santong, Desa Santong Kecamatan Kayangan, pada 14 Februari mendatang. Kegiatan ini akan diikuti oleh 27 sekolah Dasar Negeri yang ada di wilayah kecamatan Kayangan. 


Menurut Kepala UPT Dikpora Kecamatan Kayangan Fahruddin, S.Pd saat memimpin  rapat berkala Kepala Sekolah (07/02) di SDN 3 Kayangan mengatakan,  kegiatan ini memberi  wadah kepada siswa intuk menyalurkan bakatnya. Selain itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari siswa yang berprestasi yang nantinya dapat mewakili Kecamatan Kayangan pada Lomba OSN ke tingkat Kabupaten. ”Dengan adanya lomba OSN ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas murid dibidang mapelnya masing-masing. Mampu bersaing secara sehat. Semoga peserta dari Kecamatan  bisa berprestasi bukan saja ditingkat kecamatan akan tetapi hingga ketingkat kabupaten, propinsi bahkan nasional,” harapnya.



Sementara itu di tempat yang sama Ketua Penyelenggara Kegiatan Lomba, Saepudin, S.Pd yang juga Ketua K3S mengatakan bahwa Peserta Lomba kali ini diikuti oleh 27 SDN dan 243 siswa se-kecamatan Kayangan. “Untuk Olimpiade Sains Nasional diikuti oleh 54 peserta, selebihnya akan mengikuti Lomba Mata Pelajaran dan Lomba Calistung. Untuk Kelas Satu dan Kelas Dua akan mengikuti Lomba Membaca dan Menulis sedangkan Kelas Tiga akan mengikutu Lomba Berhitung.


Lebih lanjut beliau mengatakan agar kegiatan lomba tahun ini dapat berjalan lancer tanpa kendala yang berarti. “Segala sesuatunya sudah kami siapkan semaksimal mungkin. termasuk menyiapkan tropi dan piagam penghargaan untuk mengapresiasi mereka yang meraih juara  sampai tiga besar pada masing masing mata lomba. Dan semoga dengan pemberian penghargaan ini mereka lebih termotivasi  untuk mempersiapkan diri dalam lomba berikutnya yaitu di tingkat kabupaten.“ Jelasnya. (ehe.pantura)

Sabtu, 07 Januari 2017

Warga Tangga Desa Selengen Kembangkan Budidaya Vanili

Gema Pantura, Kayangan – Vanili yang seringkali dijumpai dalam bentuk bubuk untuk pengharum makanan, ternyata tumbuh subur di kawasan Tangga, Desa Selengen, Kecamatan Kayangan yang memiliki suhu lembab dibanding daerah lainnya di wilayah ini. m

Amaq Ardip, misalnya. Warga Dusun Tangga, Desa Selengen, Kecamatan Kayangan ini mencoba untuk membudidayakan tanaman vanili. Ada sekitar satu hektare lahan yang digunakan Amaq Ardip untuk mengembangkan tanaman yang masih jarang ditemui di Kayangan tersebut.
    
  ”Awalnya, saya coba kembangkan sedikit sebagai percobaan untuk menanam vanili di kebun Tratas. Orang bilang agak susah pemeliharanya karena membutukan ketelatenan dan waktu yang cukup. Ternyata, tanah dan suhunya cocok. Kebetulan sekali. Akhirnya saya coba kembangkan terus menanam lebih banyak. Hidupnya menjalar di pohon yang saya siapkan,” kata Amaq Ardip kepada Gema Pantura, Sabtu (06/01/2017).

Amaq Ardip sendiri sudah hampir satu setengah tahun mengembangkan budidaya tanaman vanili yang ternyata bisa tumbuh subur di daerahnya. Buahnya berwarna hijau seperti daunnya dengan bentuk bulat memanjang.

”Ini sebagai tanaman alternative baru, supaya lahan saya tidak hanya mengandalkan hasil dari buah pisang saja namun saat panen tiba, saya bisa menunggu hasil dari dua budidaya dalam satu tahun,” tambahnya.

Sampai saat ini, tanaman vanili milik Amaq Ardip sudah berbuah lebat  belum siap dipanen. Namun, ia masih menunggu waktu enam bulan supaya buah vanili hasil budidayanya itu benar-benar siap panen.(ehe)

Selasa, 08 November 2016

Surdip, Tokoh Masyarakat Tangga Tutup Usia

Selengen, (GP)
Innalillahi wainna ilaihi raajiuun.

Kami menyampaikankan rasa belasungkawa yang sedalam dalamnya atas meninggalnya salah seorang Tokoh Masyarakat Dusun Tangga dan pernah menjabat Ketua Komite SDN 4 Selengen antara tahun 2011-2015, yaitu Orang Tua kami, Bapak Surdip.



"Atas nama pribadi, keluarga, dan  Warga Sekolah SDN 3 Selengen, menyampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya," ujar  Kepala SDN 3  Selengen  yang pada periode 2012-2016 bertugas di SDN 4 Selengen  (8/11).



Murdin,  yang mengaku mengetahui berita duka tersebut dari media sosial, dari akun mantan Kadus Tangga bernama Luji Tangga, mengajak seluruh warga SDN 3 Selengen  untuk mendo'akan semoga almarhum Bapak Surdip berpulang ke Rahmatullah dalam keadaan khusnul khotimah.



Murdin  juga mengajak warga sekolah, untuk mendo'akan  semoga segala kehilapan dan kesalahan almarhum dapat diampuni dan segala amal baiknya diterima Allah SWT. Serta keluarga ditinggalkan sabar, tabah dan ikhlas menerima cobaan ini," harapnya.



Dalam kesempatan yang sama, Bpk Luji, Tokoh masyarakat sekaligus Pengurus Komite SDN 4 Selengen juga mengatakan tadi kita dapat informasi dari Keluarga yang meninggal dunia karena sakit yang dideritanya sejak lama.



"Almarhum sempat di bawa ke Rumah Sakit Bayangkara Mataram oleh pihak keluarga, namun tidak biasa tertolong dan wafat di malam itu juga.” Tutur Luji.

Rencana pemakaman akan dilaksanakan pada hari ini pukul 09.00 Wita di Pemakaman Keluaraga di Dusun Tangga Desa Selengen," ungkapnya.



 

Selasa, 05 Juli 2016

Metode Bimtek Guru Pembelajar



Sebagaimana berita terdahulu bahwa Kemdikbud akan menyelenggarakan pelatihan pasca UKG yang disebut juga dengan Program Guru Pembelajar. Ada 3 macam model atau metode pelatihan dalam program guru pembelajar ini;
  1. Tatap Muka (TM)
  2. Campuran atau kombinasi antara tatap muka dan online (blended)
  3. Full Daring atau online 
Baiklah akan kita bahas satu persatu masalah ini
1.      Jumlah modul yang harus dipelajari sebanyak 8-10 modul. Artinya nilai rata-rata UKG yang belum memenuhi KCM sebanyak 8-10 modul. Silakan disimak dalam artikel mengenai Raport UKG 2015
2.      Semua guru yang bertugas di daerah 3T.
3.      Guru yang karena pertimbangan geografis dan/atau pertimbangan lain yang disepakati oleh otoritas terkait tidak memungkinkan untuk mengikuti Moda Diklat Daring.
tatap muka pelatihan guru pembelajar
tatap muka pelatihan guru pembelajar
  1. Guru akan diberikan modul manual yakni modul A, B, C sembari Diklat selama 3 bulan
  2. Kemudian Modul C, E, G, I, dan J dipelajari secara mandiri menggunakan modul yang diperoleh dari Direktori Diklat (website kemdikbud)
Guru yang nilai UKG nya 2015 lalu dibawah standar akan diikutkan dengan metode ini.
Guru harus mempelajari 8-10 modul
B. Guru Pembelajar Moda Daring Kombinasi
DARING KOMBINASI bagi guru-guru yang hasil UKG-nya standar atau tidak jauh dari angka 55



moda daring kombinasi guru pembelajar

Ketentuan :
1. Memiliki 6-7 modul yang harus dipelajari
2. Guru maksimal mengambil/menyelesaikan 3 KK
3. Guru wajib mengikuti kegiatan online selama 6 minggu dengan 10 jam/minggu
4. Guru mengikuti pertemuan dengan Mentor untuk bimbingan tatap muka 1 kali per minggu
5. Setelah selesai Diklat Guru wajib menyelesaikan Ujian Kompetensi Guru
6. Target peningkatan nilai UKG tiap peserta adalah minimal ≥ 65.
contoh pelaksanaan
6 minggu online, 6 x pertemuan konsultasi @ 2 jam/minggu
Guru mengikuti diklat GP Blended untuk Modul A, B, E atas biaya Pusat Guru Pembelajar moda daring kombinasi guru bisa mengakses laman
http://gurupembelajar.kemdikbud.go.id/ atau http://konten.elearning.id/ untuk mendapatkan modul yang dibutuhkan
Moda DARING PENUH bagi guru-guru yang hasil UKG-nya di atas standar UKG 2015
Ketentuan :
1. Memiliki 3-5 modul yang harus dipelajari.
2. Guru maksimal mengambil/menyelesaikan 3 KK
3. Guru wajib mengikuti kegiatan online selama 6 minggu dengan 10 jam/minggu
4. Difasilitasi oleh Guru Pengampu
5. Setelah selesai Diklat Guru wajib menyelesaikan Ujian Kompetensi Guru
6. UKG dapat dilakukan lebih dari 1 kali diluar keikutsertaannya dalam diklat.


Pelatihan Guru Pembelajar

6 x pertemuan konsultasi @ 2 jam/mimggu
Guru harus mempelajari 4 modul
Guru Pembelajar moda daring ini guru bisa mengakses laman
http://lms.gurupembelajar.id/ atau http://konten.elearning.id/ untuk mendapatkan modul yang dibutuhkan
Nah demikian tadi 3 metode atau moda pelatihan guru pembelajar. yang intinya kepesertaan pelatihan guru pembelajar ini diambil dari hasil UKG tahun 2015 lalu. Silakan pelajari raport UKG 2015 dan modul serta kepesertaan moda diklat guru pembelajar.

Sumber :

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1252051653495671067#editor/target=post;postID=1857605338058539941

Link