Sabtu, 18 Desember 2010

Koslata NTB Evaluasi Program Penanggulangan Bencana

Lombok Utara - Program penanggulan resiko bencana di 10 desa di Kabupaten Lombok Utara yang dilaksanakan LSM Koslata NTB, Sabtu 18/12, bersama puluhan CO dan Tagana selama satu tahun ini dievaluasi secara partisipatif.

Kegiatan evaluasi partisipatif komunitas yang berlangsung di aula Pemda Desa Senaru Kecamatan Bayan tersebut, selain dihadiri oleh Direktur Koslata, Ahmad Djunaidi, SH, juga tampak hadir beberapa kepala desa, para CO, dan undangan lainnya.

“Tujuan kita ingin mengetahui capaian kegiatan selama satu tahun, mulai dari tahapan, proses maupun hasil dari kegiatan. Selain itu kita juga mengidentifikasi hambatan dan kendala-kendala selama kegiatan berlangsung serta tergalinya rekomendasi perbaikan pelaksanaan kegiatan kedepan”, jelas Direktur Koslata-NTB, Ahmad Djunaidi SH.

Sementara tahapan kegiatan yang dilaksanakan diawali dengan sosiliasasi program yang diikuti oleh 50 orang dari 10 desa yang dilanjutkan dengan pementasan seni tradisional yang tahap pertama dilakukan di Desa Jenggala Kecamatan Tanjung.

Setelah sosilisasi, kemudian dilakukan pendampingan oleh CO di 10 desa yang ada di lima kecamatan di KLU, dilanjutkan dengan training dan analisa kerentenan-kerentanan kapasitas aecara partisipatif.

“Dari hasil ini baru kita lakukan Musyawarah Desa dan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) dan training emergency respon yang tujuannya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengendalian bencana”, kata Ahmad Djunaidi.

Kegiatan ini dilanjutkan dengan lokakrya, pembuatan papan informasi dan hearing ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) KLU dan kegiatan-kegiatan lainnya. “Khusus untuk pelaksanaan kegiatan di sekolah, kita sudah lakukan analisa ancaman bencana sekolah, lokakarya dan hearing ke Dikbudpora KLU”, jelasnya.

Dalam sesi dialog. Muncul beberapa kendala yang dialami oleh beberapa CO, seperti ancaman bencana belum banyak yang mucul dalam merumuskan perencanaan pembangunan di tingkat desa, dan tidak semua desa memiliki data yang lengkap serta masih adanya pemerintah di tingkat desa yang kurang merespon kegiatan ini, sehingga terkesan dalam pelaksanaan kegiatan berjalan sendiri.

Dan untuk mengatasi kendala ini, semua CO sepakat agar program penanggulangan bencana terus berlanjut serta perlu dilakukan pendekatan dengan pemerintah di KLU. Dan pada malam ini digelar juga kesenian tradisional yaitu Cupak Gurantang. (M.Syairi)

Jumat, 17 Desember 2010

PNPM-MP DI DESA KAYANGAN

Kayangan,Lombok Utara - Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di Desa Kayangan sebenarnya sudah di mulai sejak 2 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2008, sebelumnya pada tahun 2007 dinamakan PPK Mandiri. Inilah yang menjadi cikal bakal PNPM-MP. Kegiatan PNPM-MP di Desa Kayangan selama ini di titikberatkan pada penguatan ekonomi masyarakat miskin dan pembangunan prasarana fisik.

Pada tahun 2010, Desa Kayangan memperoleh dana dari PNPM-MP sebesar Rp 185.753.700,- diarahkan untuk pembangunan fisik berupa pembuatan talut yang tersebar di 6 dusun dengan panjang 1,209,5 meter. Dana tersebut sudah termasuk DO UPK dan DO TPK, Ungkap Abdurrahim Jumaidi Ketua TPK Desa Kayangan yang kurang lebih 3 tahun menjadi Ketua TPK di Desa Kayangan.

Menurut Ketua TPK, selain pembangunan fisik tersebut, kami juga telah mencairkan dana bagi kelompok ibu-ibu yang dinamakan SPP ( Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ). Pada tahun ini dana yang kami salurkan berjumlah Rp.97.000.000,- terdiri dari 9 kelompok dengan jumlah anggota 97 orang. Jadi masing-masing anggota memperoleh pinjaman Rp.1.000.000,- dengan masa angsuran 10 bulan.

Diharapkan kepada semua anggota kelompok SPP agar memenuhi kewajibannya sesuai dengan penentuan tanggal pencairan dana, karena dengan pengembalian tepat waktu akan menjadi barometer untuk memperoleh pinjaman SPP dan bantuan dana fisik pada tahun yang akan datang, demikian harap ketua TPK Desa Kayangan.(Erc).

Kamis, 16 Desember 2010

Sosialisasi Rencana Tata Ruang Wilayah KLU

Kayangan, Lombok Utara - Sosialisasi tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Utara, untuk wilayah Kecamatan Kayangan telah berlangsung baru-baru ini di aula Kantor Camat Kayangan. Hadir dalam pertemuan tersebut adalah seluruh Dinas Instansi tingkat Kecamatan Kayangan, Kepala Desa, BPD, LPM, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, se Kecamatan Kayangan, dan karyawan Kantor Camat Kayangan.

Dalam sambutannya, Camat Kayangan yang diwakili Sekcam Raden Kertamono, mengharapkan  kepada seluruh peserta yang hadir agar mengikuti acara ini dengan penuh seksama dan nantinya bisa kita pahami. Turut hadir pada acara ini tiga narasumber dari Bappeda, Ekonomi pembangunan setda KLU dan dari PU Kimpraswil KLU.

Pada kesempatan itu Subahan Hadi dari Bappeda memaparkan seputar maksud dan tujuan penyusunan RTRW KLU. Menurut beliau, maksud penysunan RTRW ini adalah untuk mengatur suatu ruang supaya tidak saling tumpang tindih antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lain. Dengan demikian, pada intinya adalah pemamfaatan lahan yang ingin digunakan untuk menempatkan pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi kebutuhan Pemerintah Daerah KLU,jelasnya. Selanjutnya, Subahan Hadi juga mejelaskan bahwa dalam menyusun RTRW ada tiga filosofi yang harus ada, yaitu Perencanaan Tata Ruang, Kedua Pemamfaatan tata Ruang dan Ketiga Pengendalian dari pemanfaatan tata Ruang itu sendiri.

Lebih jauh Subahan Hadi menjelaskan bahwa masalah-masalah yang dihadapi dalam menyusun RTRW antara lain,

a. Perubahan fungsi status penggunaan lahan sudah bergeser.Misalnya Pertanian banyak di alih fungsikan menjadi daerah pemukiman
b. Ketimpangan distribusi penduduk sehingga mengakibatkan ketersediaan tenaga kerja jauh menurun, dikarenakan SDM yang tersedia masih    rendah.
c. Sumber Daya Alam yang ada belum oftimal di manfaatkan.
d. Keterbatasan pelayanan Infrastruktur.

Sementara itu, narasumber dari Bagian Ekonomi  Pembangunan Setda KLU dan dari Dinas PU Kimpraswil hanya menjelaskan seputar bagaimana pengurusan ijin bagi masyarakat yang ingin mengurus ijin status penggunaan tanah dan IMB.(ndr).

 

Rabu, 15 Desember 2010

Mount Rinjani a Potential Geoturism

Situated in the Nouth Lombok, Nouth Lombok, and Midle Lombok regency with 3.726 meters above the sea surface, Mount Rinjani is a potential geotourism. This volcano has a caldera panorama, a green Segara Anak lake, peak, crater, waterfall, hot spring, cave, history of explosion, and a new lava flow.

Mount Rinjani

Some mountain climber said that climbing mount Rinjani is “the five star tracking”. According to those who has climb this mountain said that if this mountain is a hotel, it is a top class hotel, a five star hotel. There are three official climbing tracks up to the peak. They are the Senaru and Torean tracks from the North Lombok, and the Sambalun track from the East Lombok regency.

Those three tracks has their own characteristics that detrmain the climbing objective. The most popular track and the mosly used by the foreign climber is the Senaru track. It is related to the easy acces to this site. In addition, this track has the same route with Senggigi beach. The Senaru village is the gate to this site. By taking this track we can enjoy other tourist object such as; the oldest Mosque in Lombok Island, The Bayan traditional village, and both Sendang Gile waterfall and Tiu Kelep waterfall.

There are tens of decent inns in this village. In addition, there are also some adequate climbing services. Nowadays, Mount Rinjani that become the part of the Mount Rinjani National Park is managed by an institution that involved the government, private, local people and some tourism people under the Rinjani Tracking Management Board (RTMB) name. Being managed by the RTMB, Rinjani rechieved some national and international award e.g the World Agency Award in 2004 and Tourism for tomorrow Awards (2006/2008).

Having a difficult track to climb, the tourist that visit mount Rinjani are the tpurist who has special interest. It takes 8 to 12 hours to reach the peak of this mountain both by using the Senaru or the Sembalun track. Located at 8º25” of altitude and 116º28” of latitude, this mountain becomes a favorite for the Indonesian climbers for its beautiful sceneray. Having about 41,330 acres wide, this mountain is situated in the Mount Rijani National Park.

The forest area in this mountain includes in the heterogen type, and also homogen type in some part of it. We can find the kinds of oak trees, Beringin (Ficus superb), Garu (Dysoxylum sp), Bajur, as well as the local farm area planted by vegetable such as potato, chili, cabage, and onion on 1000 to 2000 meters above the sea level height. We can find more mountain pine (Casuarina junghuniana) trees on about 2000 to 3000 meters above the sea level height. Up to the height of 3000 meters above the sea level we can find nothing but the grass family plants and the edelweiss, the eternal flower.

Segare Anak is the most exotic spot at mount Rinjani. Segare means ‘Sea’ and Anak means ‘a child’. This lake is formed vulkanicly by the explosion of mount Rinjani. The local named it segare or ‘sea’ because of its blue color of thje water, the saem as the sea. Located on 2800 meters above the sea level, there are some varians of fish and others flora and fauna live in it. The gold fish, the “mujaer”, and the harper are the dominant inhabitants of this lake. The water of Segara Anak has sulfuric smells, the temperature are different from one place to another.

Segara Anak is 1.100 accres wide, 160-230 deep. There is anew volcanic mountain in the center of this lake. It is an active volcano, and it grows bigger. The local believe that the water of Segara Anak merically cure deseases. Further, the local worship the benda-benda sakti here. There is a smlall new mountain named Gunung Baru jari (new mountain) near the Segara Anak Lake.

Altough there are a track to the peack of the mountain, few people could reach it. Probably it is because the mountain produce gas as it still grow. In adition to enjoying the scenery while fishing at the Segara Anak lake, you can explore some cane such as Pengantin cave (the Bride cave), Susu cave (the Milk cave), Manik cave, and its hot spring, or the local call it Aik Kalak in Sasak language.

Tracking

If you want to climb Rinjani mountain, you can contact "Rinjani Master Trekking" Trekking Organizer : Mr. Hardy Kruger Adress : Jl. Senaru – Sindanggila Water Fall Senaru-Bayan- West Lombok – NTB, Post Code 83354 Mobil Phone: +628175750585 Email : ariprimadona@gmail.com

Madu Lebah, Komoditi Yang Tak Tersentuh Maksimal

Oleh : Tarpiin & M. Syairi
Lombok Utara terkenal dengan kekayaan potensi Sumber Daya Alam (SDA), salah satunya madu lebah alami atau lokal atau sering disebut dalam bahasa latinya Apis cerana, Ironinya hingga saat ini madu lebah yang terdapat di Gumi Dayan Gunung masih belum mengemuka di dunia pasar, bahkan cendrung terlupakan. Lantas seperti apakah kondisi kelompok petani lebah madu di Kabupaten Lombok Utara (KLU) povinsi Nusa Tenggara Barat, sejak dulu hingga kini?
Berikut penelusuran penulis di Kabupaten Lombok Utara (KLU) atau lebih identik dengan sebutan Dayan Gunung dengan luas wilayah mencapai 809,53 km2 dan jumlah penduduk tidak kurang dari 207.998 jiwa. Komuditi unggulan daerah yang baru di tetapkan menjadi daerah otonomi tanggal 21 Juli 2008 ini ada di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan hingga kelautan perikanan, disamping sektor pariwisata sebagai salah satu aset terbesar bagi KLU.
Khusus komoditi di sektor perkebunan, komoditi madu lebah di Lombok Utara kondisinya sangat memungkinkan untuk di jadikan salah satu produk unggulan daerah, terbukti banyaknya kelompok petani madu yang dapat di katakan menjamur di lima kecamatan di KLU. Sebut saja salah satu kelompok petani madu Peternak Madu Mandiri Teladan (Permata) Desa Rempek Kecamatan Gangga KLU. Kelompok ini merupakan gambaran kecil dari beberapa kelompok lainnya di desa terkait hingga beberapa kecamatan lainnya.
Para peternak madu yang tergabung dalam beberapa kelompok ini juga bukan hanya sekedar kelompok kagetan belaka atau hidup ketika ada program dari pemerintah saja, tetapi patut di banggakan karena sebagian besar merupakan profesi yang di tinggalkan dari para nenek moyang atau leluhur sebelumnya.
Meski demikian seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, profesi ini ternyata tak dapat menjadi penopang atau menjadi jaminan kesejahtraan masyarakat atau para anggota kelompok tersebut. Minimnya pembinaan dari pemerintah terkait serta berbagai kendala lainnya seperti akses pasar, labling (lebel atau kemasan) hingga peningkatan kapasitas kesejahtraan kelompok menjadi kendala medasar sehingga komuditi satu ini belum mampu menjadi komoditas unggulan yang dapat go publik.
Terbukti hingga saat ini tak pernah kita melihat atau mendengar sebutan madu asli Lombok Utara seperti yang biasa kita dengar dan temukan misalnya madu asli Sumbawa. Pada hal kwalitas madu yang di hasilkan para peternak ini tidak di ragukan lagi dan dapat di pastikan mampu bersaing di akses pasar asalkan di kelola dengan maksimal oleh pemerintah atau pihak terkait lainnya.
Ruspendi, Ketua Peternak Madu Mandiri Teladan (Permata), Desa Rempek, Gangga, KLU yang juga sekaligus Sekretraris Forum Komunikasi Desa Mandiri Rempek, misalnya saat di temui belum lama ini dengan penuh ramah tamah dan nuansa kekeluargaan mempersilahkan untuk duduk di sebuah berugak sederhana, “ beginilah suasana kita di tengah hutan, sepi, “ katanya membuka perbincangan.
“Kita disini memiliki sekitar 4 kelompok madu dengan jumlah anggota yang bervariatif mulai dari 10 orang hingga 20 orang, bahkan ada juga kelompok tani (gapoktan) yang juga di fungsikan sebagai kelompok petani madu, tapi masih banyak juga yang memang murni berprofesi sebagai kelompok petani madu.
Karena keterbatasan biaya dan belum adanya pembinaan satu kelompok hanya mampu memiliki sekitar 5 stub (kotak) yang di buat dari pohon kelapa dengan berswadaya, satu stub biasanya menghabiskan Rp 70 ribu, tapi sebagian besar kelompok yang memang sebelumnya terbentuk dengan berswadaya kini banyak yang tidak eksis lagi alias mati suri, selain memang persoalan diatas juga karena pembinaan pun pengelolaan manajemen kelompok yang belum mampu dilakukan para anggota,“ tuturnya menyanyangkan.
Selain kendala tersebut para petani madu juga sering dihadapkan dengan berbagai penyakit atau hama yang kerap kali mengganggu madu lebah seperti semut merah (semangah bahasa sasaq Dayan Gunung-red), semut hitam (teres sirem), hingga hama yang meyerupai kupu-kupu berwarna itam besar dan menghisap madu yang biasanya menyerang pada malam hari, “ jelasnya.
Untuk kelompok Permata sendiri memilki anggota 9 orang dengan jumlahstub sekitar 70 unit yang di buat secara swadaya kelompok. “ Kitatargetkan kelompok Permata memilki 1000 stub, kita juga sayag bersyukur semangat para anggoat kelompok untuk terus mengembangkanpropesi yang di tinggalkan para orang tua terdahulu masih terjagan dengan baik meski hingga saat ini kita sama sekali belum pernah merasakan pembinaan dari pemerintah terkait, “ sambungnya.

Lantas berapakah produksi madu yang dapat dihasilkan kelompok petani madu?, “ satu kelompok dapat meghasilkan 20 hingga 30 botol madu lebah asli dalam sekali panen, sedangkan panen biasanya dilakukan sekali sebulan, jumlah produksi madu juga sangat di tentukan cuaca atau musim bunga atau buah - buhan setempat. Bisanya untuk satu stub dapat menghasilkan 1,5 hingga 2 botol madu murni, “ jelasnya.
“Akses pasar hingga saat ini belum di miliki para anggota kelompok sehingga sistim penjualan dilakukan atar teman bahkan harganya juga sangat murah sekitar Rp 50 ribu bahkan dapat kurang dari harga tersebut, karena biasanya yang membeli adalah teman sekitar atau kerabat lainnya, sehingga sistem penjulanan juga belum dapat di kelola sama sekali sehingga sangat berpengaruh terhadap pengasilan ekonomi para anggota kelompok. Kita berharap ada perhatian serius dari pemerintah untuk mengatasi persoalan para anggota kelompok, “ tambah Ruspendi penuh harap.
Pantauan penulis di lokasi juga banyak terlihat stub yang di tinggalkan madu lebah atau kloninya karena tak mampu di rawat atau di peliharan dengan baik oleh para anggota kelompok, selain itu di karenakan kwalitas stub yang di buat anggota kelompok yang tidak standar dan lebih cendrung menggunakan bahan baku seadanya. Meneropong Komuditas Unggulan di KLU (bagian 2 habis) Minim Anggaran
Minimnya anggaran dan keterbatasan tenaga untuk melakukan pembinaan terhadap kelompok petani lebah madu di akui Kasi Produksi dan Pengembangan Usaha Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Kehutanan KLU, M. Zaenudin saat di temui beberapa waktu lalu. “ Kita masih terkendala dengan anggaran sehingga pembinaan dan
pengembangan kelompok tani madu lebah di KLU belum dapat di lakukan dengan maksimal selain itu kita masih terbatas tenaga, “ jelasnya. “Insya Allah untuk tahap awal kita akan melakukan pembinaan terhadap dua kelompok petani madu lebah, sedangkan untuk tahap berikutnya kita akan usulkan 5 kelompok atau lokasi untuk proses pembinaan dan pengembangan ditiap kecamatan. Selain persoalan anggaran minimnya publikasi juga memjadi salah satu penyebab utama sehingga madu lebah Lombok Utara belum mampu bersaing dan muncul di dunia pasar, “ tambah Zaenudin.
Sedangkan data yang berhasil di himpun dari dinas terkait saat ini jumlah kelompok petani madu lebah di KLU sebanyak 30 kelompok yang tersebar di lima kecamatan dengan hasil produksi madu per satu kelompok mulai dari 156 botol hingga 1.635 botol madu per tahunnya. Sedangkan jumlah anggota kelompok dari 10 orang hingga 20 orang persatu kelompok. (*)

Selasa, 14 Desember 2010

“PNPM” Utamakan Usulan Pembangunan Skala Prioritas

Lombok Utara - Dalam mengusulkan pembangunan yang didanai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) harus mengutamakan skala prioritas. Artinya pembangunan yang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat di tingkat desa.

Harapan tersebut disampaikan Camat Bayan R. Trsnawadi, S.Sos Sabtu 11/12, yang diwakili Kasi Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) Kecamatan Bayan, Darmanom, S.Sos, pada acara pembukaan Musyawarah Antar Desa (MAD) yang berlangsung di aula kantor camat Bayan Kabupaten Lombok Utara.

“Dalam mengusulkan program pembangunan harus mengutamakan skala prioritas, agar pembangunan yang didanai PNPM dapat bersinergi dengan program pembangunan yang didanai pemerintah daerah KLU”, pintanya.

Skala prioritas pembangunan yang dilaksanakan Pemda KLU pada tahun pertama ini ada tiga, yaitu pembangunan infrastruktur jalan, pengadaan listirik dan perpipaan air bersih. Dan ketiga skala prioritas ini hasilnya sudah mulai Nampak.

Menyoroti hasil monitoring yang dilakukan oleh PJOK ditingkat kecamatan Bayan, menurut Darmanom, pembangunan yang didanai PNPM hasilnya sudah cukup bagus, dan pada tahun berikutnya perlu lebih ditingkatkan lagi. “Dan bagi Tim Pengelola Kegiatan (TPK) dalam melaksanakan program harus sesuai dengan desain draf, dan jangan sampai dinterfensi oleh siapapun”, tegasnya.

Ketua Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD) R. Jambianom, dalam kesempatan tersebut meminta kepada semua pengurus TPK dalam mengelola PNPM agar mengutamakan azas transparansi atau keterbukaan. “Jangan sampai ada penilain bahwa program yang dijalankan hanya menguntungkan segelintir orang. Penilaian itu muncul bila para pengelola tidak terbuka kepada semua pihak. Jadi kedepankanlah azas transparansi”, katanya.

Asrin Tombili, S.Sos, Fasilitator Kecamatan (FK) Bayan dihadapan ratusan peserta mengungkapkan, MAD prioritas usulan dan perengkingan harus kita laksanakan sesuai dengan mekanisme yang sudah diatur, karena tahapan demi tahapan tidak bisa kita lewati, karena itu merupakan salah satu dari ruh program. “Dan jika semua tahapan itu bisa kita selesaikan bulan Desember ini, Insya Allah Surat Penetapan Camat (SPC) akan bisa cepat keluar, dan paling tidak bulan januari 2011 mendatang kita sudah mulai melaksanakan program yang diusulkan”,ungkapnya.

Lebih lanjut Asrin menegaskan, pada tahun 2012 mendatang, tidak ada lagi perencanaan. Dan semua program akan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des). “Perlu diketahui RPJM-Des itu bukan kebutuhan dari PNPM, akan tetapi itu adalah kebutuhan dari desa masing-masing, sehingga dalam penyusunannya fasilitator kecamatan hanya mendapingi serta memberikan pendanaan untuk penyusunannya. Dan dana untuk kegiatan RPJM-Des ini, khususnya di Kecamatan Bayan sudah disiapkan sebesar Rp. 32,5 juta”, jelasnya.

Sementara Nurul Hidayati, Fasilitator PNPM Generasi Sehat dan Cerdas (GSC), pendanaannya pada saat ini cukup menegangkan dan berada pada titik rawan. Karena pendanaan tahun 2010 harus sudah terserap semuanya pada 20 Desember mendatang. “Dan informasi akhir tentang pendanaan PNPM GSC kita akan tunggu pada 15 Desember ini. Dan bila tidak ada titik terang, maka pendanaannya akan mundur hingga Maret 2011”, katanya.

“Memang beberapa hari belakangan ini banyak sms yang masuk menanyakan pendanaan PNPM GSC, tapi saya belum bisa menjawab sebelum tanggal 15 bulan ini. Dan bagi TPK yang sudah melakukan pelelangan atau penenderan program harap bersabar dulu, mudah-mudahan dananya bisa dicairkan secepatnya”, harap Nurul Hidayati.

Acara MAD selain didisi dengan dialog, juga dilanjutkan dengan pembagian kelompok untuk melakukan perengkingan serta memilih pengurus Badan Pengewan Unit Pengelola Kegiatan (BP-UPK) dan Tim perengkingan pada Simpan Pinjam untuk Perempuan (SPP). Sementara yang terpilih sebagai BP-UPK Kecamatan Bayan antara lain, ketua, Nurbakti, S.Ag, Sekertaris, R. Singawati dan bendahara, Ratmana. Dan untuk tim perengkingan SPP masing-masing tiga orang dari BKAD dan dua orang lainnya dari perwakilan perempuan, yaitu B. Indranten dan Sriwati.

Ratusan Jerigen Diikat Tali Menanti Mitan Bersubsidi

Lombok Utara - Ratusan Jerigen yang diikat dengan tali tampak menjadi pemandangan di depan aula kantor camat Bayan Kabupaten Lombok Utara. Sementara warga sudah mulai mengantri sejak pukul 08.00 wita menunggu mobil yang membawa minyak tanah (Mitan) bersubsidi.

“Dinas Perisdustrian dan Perdagangan (Deprindag) Lombok Utara menyediakan 5000 liter mitan bersubsidi untuk masyarakat miskin yang dibagi kepada 1000 warga yang ada di tiga desa yaitu desa Anyar, Karang Bajo dan desa Senaru. Dan desa-desa lainnya akan menyusul”, tutur Rusmiatun, Sekcam Bayan, ketika ditemui diruang kerjanya 11/12.

Tujuan oprasi pasar murah mitan ini, khusus untuk membantu warga miskin dengan sistim pembagian kupon yang masing-masing mereka memperoleh 5 liter dengan harga Rp. 3000/liter. “Pemberian kupon itu dimaksudkan agar masyarakat tidak berebutan”, kata Kasi PMD Kecamatan Bayan, Darmanom, S.Sos.

Ketika ditanya soal adanya koversi mita ke gas, Rsumiatun mengakui, bahwa kompor gas sekarang ini masih sulit diterima oleh masyarakat, karena mereka sering melihat di Televisi tentang banyaknya kompor gas yang meledak hingga menyebabkan korban jiwa. “Ini memang pernah disosialisasikan, hanya saja masyarakat tidak bisa menerimanya”,jelas Rusmiatun.

Beberapa warga terutama yang berasal dari luar desa Anyar mengeluh, karena oprasi mitan bersubsidi ini hanya bisa diperoleh di depan kantor camat. Sementara warga yang berasal dari luar seperti dari Desa Senaru dan Karang Bajo, harus mengeluarkan biaya tambahan yaitu biaya transfortasi.

“Kalau tujuannya membantu masyarakat, mobil yang mengangkut mitan harus langsung ke desa tujuan, bukan parkir di depan aula kantor camat. “Untuk kesini saja kami harus mengeluarkan biaya transfortasi sampai Rp. 20.000/orang, belum lagi ditambah dengan harga mitan yang lima liter Rp. 15.000. Jadi kedepan ini perlu dipikirkan oleh pemerintah. Jangan dengan alasan membantu, tapi warga harus mengeluarkan biaya tambahan”, harap puluhan warga yang berasal dari luar Desa Anyar.

Link